Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tax Amnesty, Negara Perlu Berdamai dengan Rakyat

1 Oktober 2016   09:50 Diperbarui: 1 Oktober 2016   10:20 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: jpnn

Terhadap ancaman tadi, seseorang kemudian bereaksi. Reaksi yang ditimbulkan bisa sesuatu yang positif atau juga negatif. Misalnya, seseorang yang berjalan di tepi jalan raya, ketika melihat mobil besar sedang lewat, akan segera menepi dan mengambil jarak agar aman dan berada di luar jangkauan. Ketika orang melakukan kesalahan dan menjadi takut, lalu membuat kesalahan lain untuk menutupi kesalahannya, itu dinamakan reaksi  negatif.

Jika rasa takut itu tidak berdasar, itulah yang disebut dengan rasa takut yang salah. Kita menyebutnya dengan istilah fobia, dimana objek dari rasa takut itu sebenarnya tidak ada, atau hanyalah sesuatu berupa persepsi. Misalnya orang takut dengan petugas pajak, padahal sama sekali tidak ada yang perlu ditakutkan dengan petugas pajak. Bahkan, terhadap desas-desus atau isu kecil, ada banyak orang yang merasa takut. Padahal, belum tentu isu itu benar, dan jikalau hal itu pun benar, belum tentu itu merupakan suatu ancaman dan memiliki sesuatu yang sifatnya membahayakan atau  mematikan. 

Ketakutan seperti ini ada setelah manusia tahu dan sadar sudah bersalah atau bahasa teologisnya berdosa. Manusia menjadi penakut, bahkan seringkali ketakutan itu sangat tidak rasional, yang mendorong manusia melakukan hal yang salah, sekaligus menghalanginya untuk berbuat sesuatu yang benar, apa yang semestinya dilakukan.

Ketakutan yang salah  ini  bermula ketika seseorang tahu  telah melanggar. Sebagai akibatnya, ia takut, karena adanya ancaman berupa konsekuensi sebagai akibat dari pelanggaran itu. Ancaman inilah yang membuat seseorang takut. Lalu kemudian bereaksi dan meresponi ketakutan itu  dengan mencoba bersembunyi, atau di tingkatan  lebih rendah mencoba mengabaikannya atau berdamai dengan rasa takut.

Namun, sampai kapan seseorang bisa terus bersembunyi? 

Semua orang merasakan hal yang sama, merasa takut saat tahu dan sadar telah melanggar, atau melakukan kesalahan. Ketakutan itu baru ada ketika tahu sudah melanggar atau salah. Pengetahuan inilah yang membuat manusia itu takut. Jika seseorang tidak tahu dan tidak sadar telah berbuat salah atau melanggar, maka ia tidak perlu merasa takut dan sangat bisa akan melangkah terus, walaupun sebenarnya salah.  

Tidak terkecuali, semua orang diperlengkapi dengan hati nurani,yang berfungsi sebagai sensor untuk menimbang segala hal, apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan jahat. Tentu sensor itu tidak jadi begitu saja  dan otomatis menjadi sempurna pada setiap orang. 

Apa yang dilihat, didengar, dialami dan yang masuk ke dalam pikiran seseorang kemudian tersimpan di hati. Apa yang menjadi pokok-pokok kebenaran itu, lewat pengalaman dan perjalanan hidup kemudian dimatangkan dan menjadi kesimpulan – kesimpulan yang tersusun di dalam hatinya dan terakumulasi dari waktu ke waktu, dan  itulah yang membentuk suara hati. 

Suara hati inilah yang kemudian berfungsi sebagai hakim, ketika seseorang melakukan suatu tindakan. Jika tindakannya itu benar maka ia akan dibenarkan oleh nuraninya dengan mengalami damai sejahtera. Jika tindakannya salah, maka ia akan dituduh oleh nuraninya dan kehilangan damai sejahtera. 

Demikianlah dengan soal harta dan penghasilan yang berkaitan dengan urusaan perpajakan sesorang. Setiap saat rasa takut bisa hadir dan mengganggu kenyamanan. Sudah seperti rutinitas, setiap tahun saat hendak melaporkan SPT tahunan, maka berbohong atau sengaja menyembunyikan apa yang sebenarnya menjadi suatu keharusan. Jika tidak, maka apa yang sebelumnya pernah atau telah disampaikan menjadi tidak sinkron, yang bisa mengakibatkan urusan menjadi panjang dan rumit.

Segala sesuatu dibuat sedemikian rupa supaya terlihat masuk akal dan tidak mencurigakan. Dan itu berlangsung dari waktu ke waktu. Rasa aman dan nyaman menjadi semakin mahal,karena akumulasi kesalahan semakin menumpuk. Sementara, jika dengan kesadaran hal itu hendak dibereskan,  tidak ada tanda-tanda mereka yang bisa membereskannya sudah layak untuk dipercaya ,sekaligus bisa menjamin datangnya rasa aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun