Untuk menghindari membludaknya pengunjung, saya punya beberapa usulan terkait mekanismenya nanti. Pertama, jumlah pengunjung benar-benar harus dibatasi. Misalnya dalam 1 jam hanya boleh dikunjungi oleh 10 atau 20 pengunjung.
Kedua, pembelian tiket secara online (ya sistemnya harus disiapkan berarti) dengan pengaturan jadwal yang ketat. Seperti pengaturan di aplikasi pembuatan paspor. Diatur jedanya per-30 sd 60 menit. Jika telat datang? Ya harus ambil jadwal selanjutnya itu pun kalau ada yang kosong. Di sisi ini sih harapanna ada kemudahan untuk reschedule atau cancel.
Ketiga, biayanya harus dikaji. Nggak boleh terlalu murah, tapi juga jangan kemahalan. Kalau daftar pun menggunakan NIK (seperti naik kereta atau pesawat), dan dalam sekian hari hanya boleh naik 1 kali. Atau atur sekalian aja hanya bisa naik ke Ampera seminggu atau sebulan sekali.
Intinya sih, saya senang jika pembangunan lift ini dapat digunakan wisatawan untuk melihat Palembang dari POV yang berbeda. Terutama wisatawan kayak saya yang punya kepuasan tersendiri jika bisa memandang satu kota dari titik tertinggi yang ada di sana.
Di sisi lain, uangnya bisa jadi sumber pemasukan bagi kota dan pemeliharaan Jembatan Ampera itu sendiri. Nah, renovasi dan pemasangan lift sudah dilakukan. Harapannya sih, teman-teman yang tadinya menolah dapat mendukung. Atau, setidaknya, jikapun masih keukeuh dengan pendiriannya, setidaknya nggak perlu mengeluarkan statement memojokkan bagi mereka yang nantinya akan menjajal fasilitas tersebut.