Kabar mengembirakan saya dengar 2 tahun lalu saat ada rencana untuk renovasi Jembatan Ampera. Jembatan kini berusia 59 tahun ini menjadi saksi sejarah dan sudah beberapa kali dilakukan renovasi. Namun, setahu saya hanya sebatas pengecatan ulang, pemasangan jam besar, setting lampu, atau pemasangan dan pelepasan baliho raksasa (mungkin ada yang masih ingat, sekitar 20 tahun lalu ada baliho raksasa di bagian tengahnya? Ehem).
Berikut video suasana menara Jembatan Ampera sebelum direnovasi.
Namun, renovasi di 2022 ini ternyata lebih dari sekadar itu. Di salah satu menara, rencana akan dibangun akses lift sehingga pengunjung dapat naik ke atas menara dengan lebih mudah. Nah, bagian atas menara yang tak terawat dan dipenuhi mesin-mesin tak terpakai pun akan diremajakan. Sempat ada wacana akan dibuat semacam galeri yang memuat sejarah Jembatan Ampera dan kota Palembang. Persis bagian bawah Monas-lah. Sekaligus tempat nongkrong bagi masyarakat yang ini sekadar ngopi atau nyemil.
Namun, rencana renovasi ini mendapat tentangan dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang menilai proyek Satker PJN Wilayaj III Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini berisiko merusak cagar budaya.
Beberapa kenalan pun masif banget menyuarakan ketidaksetujuannya. Saya yang setuju dengan rencana renovasi ini memilih untuk diam. Ibaratnya, saya termasuk silent majority hehe. Sebab, menurut pemikiran awam saya, jelas para pemangku kebijakan pasti sudah memikirkannya.
Sebagaimana yang saya kutip di Kumparan yakni Kasatker PJN PPK 3.6 Jembatan Khusus BBPJN Wilayah Sumsel, Dicky Romansyah, mengatkan pembangunan lift Jembatan Ampera sudah melalui proses perencanaan oleh Satker P2JN (Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional) dan melibatkan pembahasan, perhitungan serta pengkajian KKJTJ (Komisi Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan).
Walau saya mendungung sepenuhnya rencana renovasi ini, tapi saya juga paham kecemasan dan kekhawatiran teman-teman lain mengingat sebelum ini pemerintah menghancurkan Pasar Cinde. Niatnya mau dipugar yang sayangnya proyeknya mandeg dan ada indikasi korupsi sehingga pimpinan kota Palembang. Dalam hal ini saya pun menyayangkan, sebab Pasar Cinde yang sudah ada sejak 1958 dan diarsiteki oleh Thomas Karsten ini (yang juga membangun Pasar Johar, makanya pilar bangunan antara kedua pasar ini sama) punya kisah sejarah tersendiri.
Kapan Ampera Dibuka untuk Umum?
Kini renovasi Jembatan Ampera sudah dilakukan. Lift sudah terpasang dan bagian atas menara pun sudah rapi dan bersih. Bebeapa admin akun sosmed yang punya followers cukup besar sudah diajakin untuk menjajal lift tersebut.
Bahkan, baru-baru ini tayangan TV pun melakukan peliputan khusus di mana kedua hostnya (yang kebetulan berasal dari Palembang) mengajak penonton untuk main ke atas menara. Sayangnya, hingga detik ini saya belum dapat informasi kapan akses ke menara ini dibuka untuk umum.