Hal lain yang kemudian menghadirkan rasa haru buat saya adalah perhatian sesama warga Indonesia yang tinggal di Jepang. Betapa, di negeri orang yang jauh dari sanak saudara, maka teman-teman sesama perantauan inilah yang kemudian menjelma menjadi saudara tak sedarah yang keberadaannya sangat diperlukan di saat-saat seperti ini.
Melalui buku ini, saya juga diajak untuk "menyelami" bagaimana cara tim medis di Jepang menangani satu penyakit. Memang, awal-awal dokter memberikan diagnosis yang kurang tepat. Maklum saja, botulisme adalah penyakit langka. Bahkan, di tahun 2020, Zahra adalah satu-satunya orang yang mengidap penyakit itu sehingga kejadian ini mendapatkan sorotan dari media.
Buku Metamorfosa Botulisme ini disajikan dengan apa adanya. Bahwa, perasaan kesal yang dirasakan oleh Zahra terhadap suami, begitu pun sebaliknya, sesungguhnya menunjukkan bahwa sejatinya, keduanya adalah manusia biasa yang terus bertumbuh sebagai pasangan suami istri sembari terus menaungi dua buah hati mereka.
Perasaan cinta dan kesal yang dituliskan Zahra terasa begitu genuine. Secara keseluruhan, buku ini tersaji dengan sangat baik. Dengan pilihan diksi yang sebagian tersaji puitis dan sungguh-sungguh keluar dari hati. Ada banyak hikmah juga yang saya dapatkan setelah membaca tuntas bukunya.Â
Skor 8,8/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H