Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Mengharukan Si Buta dan Si "Bisu" Ketika Ingin Mudik Lebaran

7 Juni 2018   06:34 Diperbarui: 7 Juni 2018   07:16 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana mudik di China. Padat merayap! sumber gambar huffingtonpost.com

Entah harus merasa senang atau sedih, di keluarga saya, kami tidak mengenal prosesi mudik. Ini karena ayah dan ibu lahir dan besar di Palembang. Keluarga besar pun tinggal di Palembang. Sebagian lagi tersebar di berbagai kota dan Negara, dan saat (mendekati) lebaran seperti sekarang, merekalah yang akan mudik, pulang ke Palembang.

Keuntungannya jelas, kami dapat menekan pengeluaran untuk biaya mudik. Nggak perlu repot lagi berebut mendapatkan tiket mudik yang menjelang hari raya tentu harganya gila-gilaan. Selain itu, kami juga tidak perlu menyiapkan segala printilan khas mudik. Dari packing, membeli oleh-oleh dan lain sebagainya.

Di sisi lain, saya kadang penasaran juga gimana sih rasanya mudik itu hehe. Walaupun keluar banyak biaya, capek dan melelahkan, namun saya yakin bagi para pemudik, di situlah letak kenikmatannya. Perasaan akan segera bertemu dengan keluarga itu priceless. Ya, saya kira miriplah dengan rasa antusias yang saya rasakan pasca traveling lama.

Seperti yang Windy Ariestianty bilang di bukunya Life Traveler, "We just need to stay away for a moment to get back home."

Tradisi Mudik di Berbagai Negara

Mudik sesungguhnya tidak hanya didominasi oleh umat Islam di Indonesia saja. Di Negara tetangga Malaysia, mereka juga mengenal tradisi mudik. Tak terkecuali di negara islam lain seperti Turki dan Mesir. Pun saya kira tradisi mudik ini berlaku di banyak Negara, hanya saja karena jumlah penduduknya tak sebanyak Indonesia, jadi tak begitu terasa heboh.

Pernah lihat foto orang-orang menumpuk memadati kereta api hingga ke bagian atap seperti yang terjadi di Bangladesh ini?

Suasana mudik di Bangladesh. Gambar dari Kompas.com
Suasana mudik di Bangladesh. Gambar dari Kompas.com
Nah ini adalah kondisi saat orang-orang mudik menjelang  idul fitri. Maklum saja, Bangladesh adalah Negara keempat dengan populasi muslim terbesar di dunia setelah Indonesia, Pakistan dan India. Jadinya, banyak orang yang ingin mudik ke kampung halaman menjelang lebaran.

Nah ngomongin India, di sana para penduduknya akan mudik ke kampung halaman saat perayaan Diwali/Deepavali atau Festival Cahaya yang biasanya jatuh pada bulan Oktober atau November dimana perayaan itu dilaksanakan selama 5 hari berturut-turut.

Suasana mudik di China. Padat merayap! sumber gambar huffingtonpost.com
Suasana mudik di China. Padat merayap! sumber gambar huffingtonpost.com
Tak jauh berbeda, di China, tiap kali menjelang imlek, orang-orang juga biasanya akan pulang ke kampung halaman. Tahu dong kalau China dan India itu adalah Negara dengan jumlah penduduk di atas 1 miliar orang? Nah, bayangkan saja betapa padatnya jika hari raya tiba dan para pemudik mulai melakukan aksinya hehe.

Di Korea Selatan lain lagi. Penduduknya biasa mudik saat Chuseok yaitu hari libur resmi pada saat festival musim panen atau hangawi. Biasanya sih terjadi di hari ke-15 di bulan ke-8. Di saat inilah penduduk Korea Selatan aka memutuskan untuk mudik.

Kalkun. Hidangan khas thanksgiving. Sumber gambar dari goodhousekeeping.com
Kalkun. Hidangan khas thanksgiving. Sumber gambar dari goodhousekeeping.com
Ternyata Amerika Serikat tak mau ketinggalan tradisi mudik, loh. Selain saat natal, ternyata hari dimana perayaan thanksgiving  dilakukan adalah saat-saat dimana orang memutuskan untuk mudik.  Berkumpul bersama keluarga di momen-momen special saat hari raya memang menimbulkan kesan tersendiri.

Kenapa Sih Harus Mudik?

Mudik di hari raya tak sebatas kumpul bersama keluarga,melepas rasa rindu karena sudah merantau jauh dan lama, lantas bersilaturahmi dengan seluruh anggota keluarga besar yang diakhiri dengan makan-makan semata. Namun, ada lagi satu tujuan penting dari mudik yang dapat dilihat dari video mengharukan di bawah ini.


Sebagaimana adegan-adegan tentang 2 anak kecil dari panti asuhan dimana satu anak kondisinya buta dan satunya lagi kesulitan bicara ini yakni mereka ingin kembali ke kampung untuk berziarah ke makam orang tua mereka.

Sulit rasanya untuk tidak merasa haru --atau bahkan mengeluarkan air mata, saat melihat video tersebut. Yup, mudik juga seringkali (atau bahkan PASTI) dimanfaatkan untuk berziarah ke makam orang-orang terkasih yang sudah menghadapNya lebih dulu.

Di keluarga kami pun begitu. Kami tidak mudik ke tempat yang jauh, namun, tiap lebaran, kami selalu "main" ke kabupaten sebelah, tepatnya kabupaten Ogan Ilir untuk berziarah ke makam kakek-nenek yang memang dimakamkan di sana.

Perjalanan sih sekitar 1 jam, tapi kadang kami juga memakai istilah "mudik" untuk menggambarkan aktivitas kami tersebut. Alhamdulillah, "tradisi" nyekar/ziarah ini masih terus kami lakukan. Ya, sebagai satu bentuk penghormatan juga kepada para leluhur.

Jadi, tak heran jika si hari-hari spesial seperti lebaran, orang akan rela mudik kembali ke kampung halaman. Walau begitu, faktor keselamatan dan keamanan juga harus diperhatikan agar mudik menjadi lebih nyaman dan dapat kembali ke kampung halaman hingga kembali lagi ke daerah perantauan dengan selamat.

Kamu sendiri, tahun ini mudik ke mana?

Kompal : Kompasianer Palembang
Kompal : Kompasianer Palembang
   Simak tulisan saya lainnya di sini, ya! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun