Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Mengharukan Si Buta dan Si "Bisu" Ketika Ingin Mudik Lebaran

7 Juni 2018   06:34 Diperbarui: 7 Juni 2018   07:16 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalkun. Hidangan khas thanksgiving. Sumber gambar dari goodhousekeeping.com

Kalkun. Hidangan khas thanksgiving. Sumber gambar dari goodhousekeeping.com
Kalkun. Hidangan khas thanksgiving. Sumber gambar dari goodhousekeeping.com
Ternyata Amerika Serikat tak mau ketinggalan tradisi mudik, loh. Selain saat natal, ternyata hari dimana perayaan thanksgiving  dilakukan adalah saat-saat dimana orang memutuskan untuk mudik.  Berkumpul bersama keluarga di momen-momen special saat hari raya memang menimbulkan kesan tersendiri.

Kenapa Sih Harus Mudik?

Mudik di hari raya tak sebatas kumpul bersama keluarga,melepas rasa rindu karena sudah merantau jauh dan lama, lantas bersilaturahmi dengan seluruh anggota keluarga besar yang diakhiri dengan makan-makan semata. Namun, ada lagi satu tujuan penting dari mudik yang dapat dilihat dari video mengharukan di bawah ini.


Sebagaimana adegan-adegan tentang 2 anak kecil dari panti asuhan dimana satu anak kondisinya buta dan satunya lagi kesulitan bicara ini yakni mereka ingin kembali ke kampung untuk berziarah ke makam orang tua mereka.

Sulit rasanya untuk tidak merasa haru --atau bahkan mengeluarkan air mata, saat melihat video tersebut. Yup, mudik juga seringkali (atau bahkan PASTI) dimanfaatkan untuk berziarah ke makam orang-orang terkasih yang sudah menghadapNya lebih dulu.

Di keluarga kami pun begitu. Kami tidak mudik ke tempat yang jauh, namun, tiap lebaran, kami selalu "main" ke kabupaten sebelah, tepatnya kabupaten Ogan Ilir untuk berziarah ke makam kakek-nenek yang memang dimakamkan di sana.

Perjalanan sih sekitar 1 jam, tapi kadang kami juga memakai istilah "mudik" untuk menggambarkan aktivitas kami tersebut. Alhamdulillah, "tradisi" nyekar/ziarah ini masih terus kami lakukan. Ya, sebagai satu bentuk penghormatan juga kepada para leluhur.

Jadi, tak heran jika si hari-hari spesial seperti lebaran, orang akan rela mudik kembali ke kampung halaman. Walau begitu, faktor keselamatan dan keamanan juga harus diperhatikan agar mudik menjadi lebih nyaman dan dapat kembali ke kampung halaman hingga kembali lagi ke daerah perantauan dengan selamat.

Kamu sendiri, tahun ini mudik ke mana?

Kompal : Kompasianer Palembang
Kompal : Kompasianer Palembang
   Simak tulisan saya lainnya di sini, ya! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun