Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Tolong, Berhentilah Membangunkan Orang Lain untuk Sahur

5 Juni 2018   04:36 Diperbarui: 5 Juni 2018   14:58 5503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali lagi, zaman sudah berubah. Menurut saya, sudah tidak perlu lagi membangunkan orang lain untuk sahur JIKA dilakukan dengan cara-cara yang malah bikin masyarakat sebal.

"Saya biasanya sahur jam 12 malam atau jam 1 pagi, Yan. Nah baru bangun ketika akan subuh saja untuk minum," ujar Hans, salah satu teman saja.

Nah, orang seperti Hans ini adalah salah satu contoh orang yang tidak membutuhkan "fasilitas" ngebangunin sahur, kan? Gak kebayang jika jam 2-an dia harus terbangun karena ada orang yang berteriak, "Hans, bangun Hans, woii, stop dulu ngilernya," dari speaker masjid.

Gunakan speaker dengan bijak. Foto dari tirto.com
Gunakan speaker dengan bijak. Foto dari tirto.com
Bangunkanlah orang-orang terdekat dengan cara yang baik dan tidak mengganggu orang lain. Kami sendiri misalnya, saling membangunkan antar tetangga dekat ketika jika jam-jam sahur tidak nampak aktifitas di rumah mereka.  Kebetulan, bisa dibilang antara rumah kami dan rumah tetangga belakang dapurnya saling nempel.

Jadi kalau gak terdengar aktifitas memasak di rumah belakang, ibu saya akan dengan enteng berteriak, "Dik sahur!" begitupun sebaliknya. Tapi ya ini pun udah sangat jarang karena teknologi membuat semuanya jadi mudah sekarang, toh! Dengan alarm hape aja orang akan dengan mudah terbangun untuk sahur.

Nah itu pendapat saya tentang orang yang membangunkan sahur. Menurut kalian, masih diperlukan nggak sih orang-orang seperti itu?

Kompal : Kompasianer Palembang
Kompal : Kompasianer Palembang
Simak tulisan saya lainnya di sini, ya! :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun