"Eh ini Ara dan Gara ya? Sudah besar ya," sahut Bu Haji sambil menyalimi dan mengusap-usap kepala Ara. "Ini yang suka ngaji di masjid bukan?"
Mendengar pertanyaan itu Ara mengangguk. Selanjutnya, Ara menyimak perbincangan antara papa dan Pak Haji. Intinya, makanan dan minuman yang mereka bawa akan diberikan untuk buka puasa anak-anak.
Ara masih bingung. "Bukannya anak Pak Haji sudah besar? Lagian mana sanggup makan sebanyak itu," pikir Ara.
Setelah mengucapkan terima kasih, Pak Haji malah langsung menawarkan diri kepada papanya. "Hayo pak, kita langsung saja ke rumah belakang. Bapak langsung berikan kepada mereka, ya! Dan nanti kita berbuka puasa bersama di sana."
Mereka semua bergegas menuju jalan kecil yang berada di samping rumah Pak Haji. Ara mengikuti dari belakang. Betapa herannya Ara, ternyata di bagian belakang rumah Pak Haji terdapat beberapa bangunan yang berjejer rapi.
"Ini tempat apa, ma?" tanya Ara.
"Ini panti asuhan yang dikelola oleh Pak Haji, sayang," jawab mama. "Sebagian besar yang tinggal di sini anak yatim piatu. Ada juga yang orang tuanya tidak mampu dan lantas menitipkan anaknya ke sini."
Melihat keheranan di ekspresi Ara, Gara lantas mendekat dan membisiki sesuatu, "Stt, yatim piatu itu artinya sudah tidak punya bapak dan ibu lagi."
Mendengar itu Ara hanya bisa terdiam.
Begitu tiba di salah satu ruangan, Ara mendapati ada banyak sekali anak-anak yang berkumpul. Beberapa ada yang seusia dengannya. Ara mengenali dua diantaranya. Ini lantaran ia sering berpapasan ketika pulang sekolah. Namun Ara tidak tahu siapa namanya. Sebagian lagi, anak-anak itu sepantaran dengan abangnya.
"Ini dia anak asuh kami, Pak Agus," kata Pak Haji kepada papanya Ara.