Mendengar itu, Ara menurut. Dia masih sebal dengan mama, namun dia juga teringat omongan Pak Ustad Davie saat mengaji beberapa hari lalu. Kata Ustad Davie, orang yang malas salat, maka tempatnya di neraka. Hiy, membayangkannya saja Ara sudah takut.
Selesai salat berjamaah, Ara duduk di ruang tengah. Nampak mama dan Abang Gara sibuk mengemas pempek kapal selam ke dalam wadah plastik berukuran sedang. Rasa penasaran kini mengalahkan rasa gengsinya. Ara mendekati mama.
"Untuk apa, ma pempek sebanyak ini?"
"Oh ini mau mama berikan ke Pak Haji Edi."
"Hah, bukannya Pak Haji uangnya banyak ma? Kok masih minta pempek sama mama?" tanya Ara bingung. Mama dan Gara tersenyum mendengarnya.
Mendengar itu Ara menganggukan kepalanya. Tak lama, ia larut dalam membantu mama mengemas pempek kapal selam tersebut.
* Â * Â *
Sekitar pukul 5:30 sore, Ara beserta kedua orang tua dan abangnya sudah siap menuju rumah Pak Haji. Rumah Pak Haji tidak jauh. Jika berjalan kaki, paling juga 10 menit. Sebelum ke sana, mereka mampir ke rumah tante Tika untuk mengambil pesanan bubur sumsum.
Mereka diterima baik oleh Pak Haji Edi dan Bu Haji Elly.
"Wah mari masuk Pak Agus-Bu Nia," ujar Pak haji dan Bu Haji ramah.