Mohon tunggu...
om_nanks
om_nanks Mohon Tunggu... Lainnya - nikmati yang tersaji jangan pelit berbagi

☆mantan banker yang jualan kavling☆ ☆merangkum realita bisnis dalam sebuah tulisan☆ ☆penyelesaian kredit bermasalah advisor☆

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Opportunity Cost

26 Oktober 2024   09:47 Diperbarui: 26 Oktober 2024   10:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/fiksi itu dinamai opportunity cost (sumber: www.hubster.co.id)

Opportunity Cost, sebut saja demikian untuk sebuah artikel fiksi kali ini.

Opportunity cost atau lebih dikenal dengan sebutan biaya peluang atau biaya kesempatan. Dalam bahasa dan kehidupan sehari-hari, opportunity cost atau biaya peluang dapat terjadi manakala timbul biaya atau risiko hilangnya sebuah kesempatan pada saat anda menentukan pilihan yang lain yang terbaik dari yang terbaik. 

Adakalanya opportunity cost menjadi salah satu ikhtiar untuk melihat refleksi masa lalu sebagai bahan bermuhasabah (mawas diri) demi resolusi masa depan yang lebih baik meskipun harus "dibayar sangat mahal", diawal.

Pilihan Terbaik Diantara Yang Terbaik, 

Dalam kehidupan ini seringkali manusia lebih banyak maunya sementara tidak sebanding dengan kemampuan yang dimiliki. Lebih banyak permintaan dalam doanya daripada menjalankan segala perintah dan meninggalkan semua laranganNya.

Sehingga selalu saja akan berhadapan dengan pilihan-pilihan yang sulit untuk menentukan sesuatu yang terbaik diantara beberapa pilihan terbaik lainnya.

Dan semua pilihan selalu mempunyai konsekuensi masing-masing, tentunya ada pilihan yang paling baik diantara keduanya.

Karena setiap pilihan memiliki jalannya masing-masing, dan setiap jalan yang dilewati tentu memiliki romansa yang berbeda-beda, sangat bergantung dari bagaimana cara syukur dalam menyikapinya.

Segala yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya selalu pilihan yang terbaik maka berbaik sangkalah kepadaNya.

Karya Terbaik Butuh Pengorbanan Besar, 

Resign dari sebuah perusahaan yang terbesar dan tersebar, awalnya distereotipkan sebagai opportunity cost. Sebuah pernyataan yang wajar di tengah era yang penuh dengan suasana dimana keberlimpahan materi sebagai salah satu bentuk yang dinamakan kesuksesan.

Ketika memilih untuk keluar dari perusahaan tersebut maka timbul yang namanya biaya kesempatan.

Hilangnya sebuah peluang promosi karir menjadi lebih profesional dengan segala fasilitas dan tunjangannya. Itulah yang distereotipkan sebagai opportunity cost.

Yang dipahami, untuk menentukan sebuah pilihan yang terbaik diantara yang terbaik dibutuhkan pengorbanan yang tidak kecil.

Larut dalam kesedihan dan penyesalan sebagai akibat dari "hilangnya peluang" bukan merupakan sebuah jawaban yang bijak bagi seorang yang pernah lama bahkan berpuluh-puluh tahun merasakan manis dan pahitnya menjadi bagian dari perusahaan itu.

Justru sebaliknya, inilah yang disebut sebagai opportunity cost, hilangnya sebuah peluang atau kesempatan. Ketika selama berpuluh tahun hanya merasakan manis dan pahit saja, sedangkan rasa asin, masam, gurih, pedas, nano nano sama sekali belum dirasakan disana hingga menjelang tiga puluh tahun.

Disinilah sejatinya yang disebut sebagai opportunity cost. Sebab sukses bukan soal jenjang karir yang tinggi dan melimpahnya harta.

Harta yang kita punya belum tentu rejeki kita, sebab harta itu hak pakai bukan hak milik. Saldo milyaran di rekening bank itu bukan hak milik kita, dia akan menjadi harta dan rejeki ketika dimanfaatkan.

Bisa jadi saldo milyaran di rekening bank atas nama kita bukan harta kita, bayangkan ketika anda wafat mendadak siapa yang akan menikmati warisan harta, anda? Jelas bukan, sebab keduluan wafat sebelum menikmatinya, ahli waris? Belum tentu juga.

Berjuanglah untuk meraih kesuksesan materi sebanyak-banyaknya sebagai bekal ketika telah lelah dan lebih mementingkan kebahagian bersama keluarga dan orang-orang yang dicintai dengan hidup sederhana dan secukupnya. 

Dalam memahami opportunity cost dengan cara melakukan sebuah karya yang lebih bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi keluarga terlebih mampu memberikan role model/keteladanan bagi generasi berikutnya, anak-anak penerus kita.

Keteladanan(Role Model),

Generasi z, yang saat ini berusia antara 11-26 tahun, generasi yang sangat membutuhkan kehadiran sosok atau tokoh yang baik, tak sekedar kata-kata bijak tanpa bukti tindakan nyata, bukan hanya limpahan seabrek harta benda dari seorang ayah dan ibu sebagai orangtua.

Anak adalah peniru ulung dan copy paste dari apa yang pernah dilihat dan disaksikannya dengan baik, setidaknya dilingkungan mereka tumbuh yaitu lingkungan keluarga.

Sepertinya, anak lelaki cenderung sebagai peniru ulung atas sikap dan perilaku ayahnya sementara anak perempuan sebagai peniru ulung ibunya, karena anak adalah replika kedua orangtuanya.

Kemampuan Memahami & Menerima Opportunity Cost, 

Kemampuan dalam memahami dan menerima opportunity cost sebagai konsekuensi dari sebuah pilihan, adalah cara yang lebih bermanfaat sebab di dalamnya mengandung kepasrahan untuk kemudian melakukan langkah-langkah strategis dalam menindaklanjuti sesuatu yang telah menjadi pilihannya.

Dengan berpikir positif akan menghasilkan karya yang produktif.

Memaknai Kontra Opportunity Cost, 

Kontra opportunity cost atau apapun sebutannya, sesuatu itu adalah kebahagiaan, waktu, dan keuntungan yang akan didapatkan seorang individu bersama komunitasnya di masa yang akan datang.

Komunitas itu bisa berupa perusahaan, golongan dan yang paling utama adalah komunitas berbentuk keluarga dan jamaah dalam melaksanakan peribadatan.

Skala Prioritas,

Adanya kontra opportunity cost memberikan pembelajaran tentang bagaimana dalam mengambil sebuah keputusan penting dan besar berdasarkan skala prioritas untuk mencapai sebuah kebahagiaan.

*****

opportunity cost dan resign, adalah keputusan "terspektakuler" yang pernah dibuat, karir cemerlang dengan jauh (fisik) dari keluarga tanpa melihat proses tumbuh kembang anak remaja menuju dewasa atau tetap stay dengan segala konsekuensinya.

Hidup ini adalah pilihan, dan setiap pilihan akan menciptakan ranting kehidupan seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun