Hilangnya sebuah peluang promosi karir menjadi lebih profesional dengan segala fasilitas dan tunjangannya. Itulah yang distereotipkan sebagai opportunity cost.
Yang dipahami, untuk menentukan sebuah pilihan yang terbaik diantara yang terbaik dibutuhkan pengorbanan yang tidak kecil.
Larut dalam kesedihan dan penyesalan sebagai akibat dari "hilangnya peluang" bukan merupakan sebuah jawaban yang bijak bagi seorang yang pernah lama bahkan berpuluh-puluh tahun merasakan manis dan pahitnya menjadi bagian dari perusahaan itu.
Justru sebaliknya, inilah yang disebut sebagai opportunity cost, hilangnya sebuah peluang atau kesempatan. Ketika selama berpuluh tahun hanya merasakan manis dan pahit saja, sedangkan rasa asin, masam, gurih, pedas, nano nano sama sekali belum dirasakan disana hingga menjelang tiga puluh tahun.
Disinilah sejatinya yang disebut sebagai opportunity cost. Sebab sukses bukan soal jenjang karir yang tinggi dan melimpahnya harta.
Harta yang kita punya belum tentu rejeki kita, sebab harta itu hak pakai bukan hak milik. Saldo milyaran di rekening bank itu bukan hak milik kita, dia akan menjadi harta dan rejeki ketika dimanfaatkan.
Bisa jadi saldo milyaran di rekening bank atas nama kita bukan harta kita, bayangkan ketika anda wafat mendadak siapa yang akan menikmati warisan harta, anda? Jelas bukan, sebab keduluan wafat sebelum menikmatinya, ahli waris? Belum tentu juga.
Berjuanglah untuk meraih kesuksesan materi sebanyak-banyaknya sebagai bekal ketika telah lelah dan lebih mementingkan kebahagian bersama keluarga dan orang-orang yang dicintai dengan hidup sederhana dan secukupnya.Â
Dalam memahami opportunity cost dengan cara melakukan sebuah karya yang lebih bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi keluarga terlebih mampu memberikan role model/keteladanan bagi generasi berikutnya, anak-anak penerus kita.
Keteladanan(Role Model),
Generasi z, yang saat ini berusia antara 11-26 tahun, generasi yang sangat membutuhkan kehadiran sosok atau tokoh yang baik, tak sekedar kata-kata bijak tanpa bukti tindakan nyata, bukan hanya limpahan seabrek harta benda dari seorang ayah dan ibu sebagai orangtua.
Anak adalah peniru ulung dan copy paste dari apa yang pernah dilihat dan disaksikannya dengan baik, setidaknya dilingkungan mereka tumbuh yaitu lingkungan keluarga.