Mohon tunggu...
Bagus Suci
Bagus Suci Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Pengetahuan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka belajar dan berbagi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memahami Logika Stabilisasi Harga BBM Pertamina

23 Mei 2020   13:16 Diperbarui: 23 Mei 2020   13:18 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi SPBU Pertamina. (credit: tirto.id)

Terhitung hampir sebulan ini, Pertamina banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat. Musababnya tak lain karena isu harga BBM yang tidak kunjung turun.

Banyak dari kita yang menyuarakan agar harga BBM diturunkan seiring dengan jatuhnya harga minyak dunia. Tak hanya orang biasa saja, isu ini juga diangkat oleh beberapa ekonom.

Dalam logika awam, harga BBM diibaratkan seperti logika kulakan pedagang. Ditentukan sepenuhnya oleh pasar. Sehingga kalau harga minyak mentah (crude) dunia lagi anjlok, maka harga BBM juga harus ikut turun.

Padahal kenyataannya bisnis minyak tidak sesederhana itu. Banyak variabel yang harus diperhatikan dalam menentukan harga BBM, terutama terkait dengan ketahanan energi dan stabilitas perekonomian nasional. Bisa dikatakan ini sangat kompleks. Apalagi terkait dengan kondisi Pertamina saat ini.

Harga BBM Tetap Stabil

Alasan utama Pertamina tidak menurunkan harga BBM saat ini sebenarnya terkait dengan momentum. Pertamina tidak mau terlalu larut dalam fluktuasi pasar minyak mentah dunia. Karena pada dasarnya harga minyak itu selalu naik-turun dan tidak pernah stabil.

Harus diakui, sejak awal tahun lalu, tren harga minyak dunia memang bergerak turun. Titik terbawahnya pada akhir April lalu, dimana hingga menyentuh angka 12,34 USD/barrel. Angka ini diklaim sebagai harga terendah selama sejarah.

Tapi tak lama kemudian harga minyak mulai terkerek naik tinggi. Tak sampai sebulan, kini harga minyak dunia sudah berada di atas 30 USD/barrel. Tren ini kemungkinan akan berlanjut ke depan.

Beberapa pakar ekonomi memproyeksikan harga minyak dunia akan berada di level 35-40 USD/barrel sampai akhir tahun 2020. Bahkan, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar memprediksi harga minyak akan kembali meningkat tajam pada 2021.

Oleh karena itu, Pertamina tidak bersikap reaksioner terhadap harga BBM saat ini. Baik ketika harga minyak dunia lagi jatuh, ataupun saat mulai merangkak naik. Mereka memilih untuk "wait and see" memantau pergerakan minyak dunia saat ini.

Bahkan, saat harga crude dunia mulai naik sekalipun, Pertamina juga tidak ingin menaikkan harga BBM. Karena harga minyak dunia bukan satu-satunya parameter, namun ada berbagai hal lain yang menjadi pertimbangan.

Stabilisasi harga BBM ini lebih ditujukan untuk ketahanan energi dan stabilitas perekonomian nasional. Bayangkan saja jika harga BBM itu naik-turun tidak menentu, pasti banyak aktivitas ekonomi yang terganggu. Apalagi saat ini tengah ada pandemi covid-19.

Hal ini juga terkait dengan ekosistem industri hulu-hilir migas nasional, dimana ada ribuan pekerja di dalamnya. Opsi menurunkan harga BBM akan berpotensi mematikan bisnis sektor hulu migas nasional, sekaligus mendorong adanya PHK besar-besaran.

Tentu saja, itu bukan opsi yang bijak di tengah banyaknya industri yang kolaps dan jutaan pekerja yang dirumahkan karena pandemi Covid-19.

Di sisi lain, meski harga BBM tidak turun, Pertamina juga tidak bisa mengeruk keuntungan lebih. Karena saat ini, permintaan (demand) BBM juga turun akibat adanya pembatasan mobilisasi masyarakat (PSBB).

Alhasil juga berdampak pada penjualan BBM Pertamina yang menurun hingga 30-50 persen. Padahal dalam kondisi normal 70 persen revenue Pertamina dari sisi penjualan BBM ini.

Sehingga tuduhan bahwa Pertamina sedang menikmati keuntungan besar karena tidak menurunkan harga BBM itu salah besar. Tudingan itu mengabaikan faktor bisnis Pertamina yang kompleks secara logis dan rasional.

Sebaliknya, posisi Pertamina justru serba tidak enak akibat kondisi pandemi ini, plus masih berusaha mencari cara agar bisnisnya tetap bertahan.

Bahkan di tengah kesulitan tersebut, Pertamina masih membuat sejumlah program karikatif untuk membantu masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan memberikan cashback untuk sopir angkot dan pengemudi ojol.

Harga BBM Masih Kompetitif

Meski tidak diturunkan, harga BBM Pertamina sebenarnya masih kompetitif, baik di dalam maupun di luar negeri.

Apabila dibandingkan dengan Shell dan Total, harga BBM Pertamina ternyata lebih murah. Misalnya, BBM jenis Pertamax di SPBU Pertamina dijual dengan harga Rp 9.000, sedangkan BBM Shell Super (setara dengan Pertamax) dibanderol Rp 9.125. Harga ini juga sama untuk BBM Ron 92 Total dan BBM Revvo 92 Vivo.

Di samping itu, harga BBM Pertamina juga masih kompetitif di ASEAN. Jika diperbandingkan dengan rata-rata harga di kawasan, harga bensin kita (Pertamax maupun Pertalite) masih terhitung lebih murah. Karena masih di bawah rerata harga bensin di negara ASEAN yang berada di level US$ 0,77 per liter.

Bahkan untuk solar, harga Indonesia di kisaran US$ 0,33 per liter (sebab masih subsidi). Harga ini masih terendah di tingkat ASEAN.

Epilog

Kenyataan diatas jelas membantah isu adanya permainan harga BBM di Pertamina. Seolah harga BBM yang tidak diturunkan saat ini karena adanya kongkalikong mafia. Ternyata, faktanya justru sebaliknya, bukan?

Harga BBM kita pun tidak di bawah kendali siapa-siapa kecuali peraturan dari Kementerian BUMN. Pertamina tunduk dan patuh atas ketentuan tersebut.

Untuk itu, setiap orang yang memahami logika bisnis Pertamina sebaiknya bisa berpikir adil. Tidak menghakimi pilihan kebijakan Pertamina ini hanya dari sisi "SPBU" saja (baca: mikro dan logika yang dangkal), tetapi juga melihat dampaknya secara makro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun