Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahagia Menjadi Perantara Kebahagiaan

31 Desember 2020   14:49 Diperbarui: 31 Desember 2020   15:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru di SMA kami sedang menyalurkan daging kurban di depan gedung sekolah. Dokpri

Tingkat putus sekolah di desa tersebut sangat tinggi.
Karenanya, mayoritas anak-anak yang seharusnya bersekolah (SLTP), karena tidak ada sekolah yang dekat, dan karena ketidakmampuan ekonomi, mereka putus sekolah.

Lalu apa yang mereka lakukan? Anak-anak laki-laki bekerja, menganggur, dan sebagian dari perempuannya menikah muda.
Hal-hal itulah yang menjadi alasan utamanya mendirikan sekolah gratis.

Saya sendiri baru benar-benar bergabung dan ikut merintis sekolah tersebut pada bulan Januari tahun 2007. Sebelumnya saya hanya sesekali berkunjung ke kampung tersebut sambil silaturahmi kepada senior saya itu.

Mungkin ada pertanyaan bagaimana dan dari mana biaya untuk pendidikan gratis tersebut? Dan di mana tempat belajarnya, apakah sudah mendirikan bangunan sebelum ada siswa? Dan bagaimana gaji guru-gurunya?

Untuk sumber dana, ada sebuah yayasan sosial yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan gratis bagi anak-anak tidak mampu yang membantu memberikan dana bulanan. Meskipun dengan dana yang terbatas. Seraya pihak yayasan meminta keyakinan kepada para pengajar dan terutama perintisnya, apakah mereka yakin akan menyelenggarakan pendidikan tersebut secara berkesinambungan.

Sementara para guru yang mengajar di sana lebih tepatnya disebut sebagai relawan. Sebab mereka belum atau tidak digaji. Ada sedikit sebagai uang transportasi.

Sejak berdirinya di tahun 2006, SMP gratis tersebut mengalami kesulitan tenaga pengajar. Jadi, pengajar yang ada sering keluar-masuk. Ya, mungkin namanya relawan, jadi tidak ada ikatan kerja apapun. 

Dengan kondisi ini teman kami, benar-benar kebingungan.
Sehingga di tahun 2006 akhir ia berhasil membujuk saya dan sekitar enam oang teman lainnya untuk membantu SMP yang ia kelola. Waktu itu kami masih kuliah, semester 7 atau 8. Akhirnya sekitar Januari 2007 kami bersedia membantu mengajar di sana.

Menariknya, semua pengajar waktu itu berusia sekitar 23 tahunan, kecuali teman kami yang mendirikan sekolah tersebut, usianya 30an. Namun dari kami belum satu pun yang sudah menikah.

Mungkin karena masih muda atau mungkin memang ada dorongan ingin membantu anak-anak tidak mampu agar tetap bersekolah, kami mengajar dengan enjoy walaupun hanya ada uang transportasi sebagai apresiasi dari tugas kami mengajar.

Tempat Tinggal Sekaligus Sekolah Tempat Belajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun