Lebih jauh lagi, kalau kita merujuk pada pendapat Vincent Gespersz, professor di bidang industrial and system engineering, kualitas layanan memiliki dimensi-dimensi berikut ini:
- Kecepatan waktu layanan
- Ketepatan layanan
- Kesopanan dan keramahan
- Tanggung jawab dalam menangani keluhan pelanggan
- Jumlah petugas yang melayani dan fasilitas pendukung lainnya
- Kualitas layanan yang berkaitan dengan lokasi layanan, ketersediaan informasi, dan petunjuk atau panduan lainnya
- Kualitas layanan yang berhubungan dengan kenyamanan, fasilitas, dan teknologi, dan lain-lain
Singkat cerita, layanan prima adalah suatu layanan terbaik yang mengutamakan kepedulian terhadap pelanggan, yang meliputi paling tidak adanya tiga hal pokok, yakni: peduli pada pelanggan, melayani dengan tindakan terbaik, dan memuaskan pelanggan dengan berorientasi pada standar layanan tertentu (layanan terbaik yang dimungkinkan). Sederhananya, layanan prima atawa service excellence adalah layanan yang memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan (atau lebih baik lagi:melebihi) harapan dan kepuasan pelanggan (a.k.a. yang “beyond expectation” tea, yang bisa bikin pelangan “kelepek-kelepek” ...). Di sini, keberhasilan program layanan prima tergantung pada penyelarasan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggungjawab dalam pelaksanaannya.
Karena Om-G mah bukan pakar, kita sudahi dulu saja dongeng ilmiahnya ya..., Om-G mah bisanya tentang hal-hal yang ringan dan gampang saja deh. Oleh karena itu sekarang Om-G akan bercerita mengenai beberapa hal yang pernah Om-G alami tentang kasus-kasus yang berkaitan dengan layanan prima ini, baik layanan yang bikin kita jatuh hati maupun layanan yang bikin kita sebel setengah mati...
Tapi agar ceritanya enak dan tidak menyinggung orang lain, “aturan main”nya kita buat seperti ini saja ya: untuk contoh kasus-kasus yang baik, Om-G rasa tidak apa-apa kalau nama-nama mereka disebutkan di sini (ya gak apa-apa turut “mengiklankan” mereka, anggap saja hitung-hitung berterima kasih atas layanan prima yang mereka pernah berikan); dan untuk contoh kasus-asus yang nyebelinlebih baik Om-G tidak usah sebutkan namanya ya, ntar jangan-jangan dituduh mencemarkan nama baik... Tapi Om-G menjamin bahwa kasus-kasus yang diceritakan di bawah ini betul-betul “true story”...