Mohon tunggu...
Olyvia Hendarwati Msi
Olyvia Hendarwati Msi Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer (Foreign Affairs Researcher)

Alumna: London School of Public Relations - Jakarta Higher School of Economics - Moscow

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Perseturuan Geopolitik dan Geoekonomi Cina - Amerika Terhadap Tatanan Global

23 Desember 2024   22:10 Diperbarui: 24 Desember 2024   01:14 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Just_Super 2019 | Konflik dagang AS-Cina istockphoto ID : 1153303958

Berbeda pendekatan, Washington yang menawarkan antara lain seperti sanksi, tarif, sehingga hal tersebut menimbulkan konflik dan ancaman. Saat presidensi Joe Biden tahun 2021, Amerika mendanai propaganda sebagai misi untuk melawan pengaruh Cina dengan mendirikan G7. Grup member ini berkontribusi dalam mengajak private sector capital untuk terlibat dalam investasi infrastruktur. Hal ini diasumsikan bahwa negara member G7 yang dipimpin Amerika akan bergantung pada perusahaan atau lembaga swasta dan menggiring pasar global ke arah privatization. Strategi ekonomi privatisasi ini dikhawatirkan akan mengeksploitasi negara - negara berkembang karena pihak Barat hanya mementingkan keuntungan semata.

"State Market Capitalism is an economic system in which the state uses and controls the free-market system to protect its political regime through leading economic activities". Bremmer (2009)

APEC Summit November 2024 di Peru, saat forum pertemuan berlangsung Cina secara formalitas meresmikan pembangunan pelabuhan terbesar di Peru yang dikenal sebagai The Port of Chankay, Peru. Pelabuhan ini telah dibangun selama 5 tahun dan dibiayai oleh kerjasama antara perusahaan milik negara Cina COSTCO shipping, dan VULCAN perusahaan tembaga Peru. Proyek besar ini tentunya akan memberi peningkatan perdagangan ekspor - impor negara latin dan Cina. 

Menurut para ahli finansial, Cina tidak mementingkan pasar saham, melainkan berfokus pada pertumbuhan "the real economy" dan mengubah standar hidup masyarakatnya. Cina merupakan negara yang menganut sistem market sosialis dan pemerintahmengandalkan perkembangan industri, sehingg mampu mengubah status kehidupan sosial rakyatnya. Tentunya Cina sangat memperhatikan peningkatan GDP karena the real economy menurutnya adalah sesuatu yang dapat menyediakan barang - barang nyata untuk memberikan kehidupan layak masyarakat. 

Beijing selalu mengontrol pertukaran nilai mata uangya agar tidak terjadi overvalued sehingga hal tersebut dapat membantu untuk kepentingan pekerjaan industrial. Kebijakan perdagangan dan pasar besar yang dianut oleh Amerika nantinya akan berdampak pada meroketnya angka kesenjangan sosial, pengangguran dan kemiskinan. Amerika mulai khawatir dengan adanya revolusi sosialis dan kehancuran kapitalism yang tanpa disadari diperlihatkan oleh Amerika karena selalu ingin mempertahankan hegomoninya yang hanya mementingkan profit. Apakah ada solusi lain untuk mengurangi tensi dari kedua ekonomi raksasa ini seperti keterlibatan negara Middle Power? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun