Mohon tunggu...
Puisi

Aku, Kau, Stasiun, Bandung, dan Purnama Ketujuh

16 Januari 2017   08:33 Diperbarui: 16 Januari 2017   09:11 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I

Beku dan menusuk

Bekal dan dingin mengeram sampai rusuk

Kuraih ransel berisi remukan hati dan kenangan yang hampir membusuk

Dari tadi mereka berisik minta dipeluk

II

Sembari kulukis romansa di kaca jendela, Balaikota dan taman-taman warisan surga

Kau hadir dalam rupa tinta, suara, dan cerita

Kelebatmu belum binasa—masih semayam dalam ketidakwarasan

Menjelma jadi ingatan—dan cacian

III

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun