Mohon tunggu...
Ollivia Mega Oktaviani
Ollivia Mega Oktaviani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Fenomena Diglosia dalam Siswa Kelas X SMK di Kota Bekasi

28 Mei 2022   10:46 Diperbarui: 28 Mei 2022   11:12 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bagi komunitas masyarakat yang menggunakan ragam R, sedangkan komunitas ragam R memperoleh bahasanya dari bahasa ibu sendiri. Penggunaan ragam T sebagian besar digunakan dalam ruang lingkup lingkungan sekolah di Smk Bina Karya Mandiri Bekasi. Stabilitas Diglosia yang terjadi pada Smk Bina Karya Mandiri Bekasi sudah berlangsung lama, dinamika kehidupan yang terjadi menjadikan adanya perubahan 

masyarakat dalam hal ini komposisi kependudukan bahasa. Penggunaan ragam T jarang menggunakan ragam R untuk berkomunikasi dengan masyarakat penggunaan ragam R. Sedangkan pada masyarakat ragam R ketika menggunakan ragam T akan terdengar seperti masyarakat ragam T dalam struktur kalimat dan intonasinya. Keseluruhan kosakata dan gramatikal bahasa kedua ragam tersebut memiliki perbedaan yang kuat. 

Seperti kata "mau kemana?" dengan "bade kamana?" kedua kosa kata ini memiliki makna sama yaitu mempertanyakan orang lain "mau pergi kemana?",


Simpulan

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dilihat dari jumlah yang digunakan dalam masyarakat bahasa, ada masyarakat bahasa yang menggunakan lebih dari satu bahasa. Diglosia merupakan situasi kebahasaan yang menunjukkan adanya penggunaan bahasa tinggi (ragam T) dan bahasa rendah (ragam R) 

yang disesuaikan dengan situasi komunikasinya. Ragam tinggi digunakan untuk berkomunikasi pada situasi resmi, sedangkan ragam rendah digunakan pada situasi tidak resmi. Sedangkan, bilingualisme merupakan keadaan penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam suatu masyarakat. Jenis hubungan antara bilingualisme dan diglosia, yaitu (1) bilingualisme dan diglosia, (2) bilingualisme tanpa diglosia, (3) diglosia tanpa bilingualisme, 

(4) tidak bilingualisme dan tidak diglosia.
Mengambil dari empat penelitian yang relevan mengenai fenomena diglosia, dapat disimpulkan bahwa dalam terdapat perbedaan penggunaan bahasa dalam masyarakat berkaitan dengan fungsinya sebagai alat komunikasi transaksi bisnis atau sebagai alat komunikasi sehari-hari bagi sebagaian besar warga. Fenomena diglosia yang ditemukan dalam interaksi masyarakat terbukti dengan adanya ragam bahasa yang terjadi dalam 

setiap percakapan, terdiri atas ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal. Penggunaan variasi bahasa terjadi karena faktor sosial yang meliputi status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Diglosia adalah suatu situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa di masyarakat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun