Pasar modal Indonesia tidak terhindar dari dampak pandemi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta mencatat penurunan tajam pada awal pandemi, mencerminkan ketidakpastian investor. Penelitian (Junaedi Dedi & Salistia Faisal, 2020)
menunjukkan bahwa dinamika IHSG dipengaruhi oleh kondisi internal, seperti kebijakan PSBB dan WFH, serta faktor eksternal seperti kondisi pasar di Tiongkok, Spanyol, dan Amerika Serikat.
   Meskipun ada pemulihan bertahap pada semester kedua 2020, volatilitas tetap menjadi tantangan besar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merespons dengan mengizinkan perusahaan yang terdaftar untuk membeli kembali saham mereka tanpa persetujuan pemegang saham, yang
bertujuan menstabilkan pasar.Â
Pengaruh Pandemi terhadap Nilai Tukar Rupiah
   Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami fluktuasi tajam selama pandemi. Penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel seperti jumlah kasus COVID-19, inflasi, dan operasi pasar konvensional memiliki korelasi signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
Menariknya, uang beredar dalam arti sempit (M1) memiliki korelasi negatif terhadap kurs dolar, yang berarti peningkatan M1 cenderung memperkuat nilai rupiah faktor-faktor seperti inflasi dan kebijakan PSBB memiliki dampak negatif terhadap nilai rupiah. Ini menunjukkan bahwa pandemi menciptakan tekanan pada nilai tukar melalui berbagai saluran, termasuk
ketidakpastian pasar dan penurunan aktivitas ekonomi (Alfira Nisa et al., 2021).
Tantangan dan Prospek Pemulihan Ekonomi
   Pemulihan ekonomi Indonesia tergantung pada keberhasilan pengendalian pandemi dan efektivitas kebijakan ekonomi yang diterapkan. Dengan dimulainya fase transisi PSBB di
Jakarta pada Juni 2020, aktivitas ekonomi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Namun, perpanjangan pembatasan sosial hingga September 2020 menunjukkan bahwa pemulihan penuh memerlukan waktu.
   IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali positif pada tahun 2021, tetapi risiko ketidakpastian tetap ada, terutama jika gelombang baru pandemi muncul. Reformasi struktural, termasuk digitalisasi ekonomi dan peningkatan efisiensi anggaran, menjadi kunci untuk memastikan stabilitas ekonomi jangka panjang.
Kesimpulan
   Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang luas dan mendalam terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia. Kebijakan fiskal dan moneter yang komprehensif berhasil menahan
sebagian dampak negatif, tetapi tantangan implementasi dan risiko ketidakpastian tetap menjadi hambatan utama. Kolaborasi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan sektor swasta
diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan memastikan stabilitas jangka panjang. Dengan pembelajaran dari pengalaman ini, Indonesia dapat memperkuat ketahanan
ekonominya terhadap guncangan di masa depan. Keberlanjutan reformasi ekonomi dan investasi dalam sektor-sektor strategis akan menjadi fondasi penting dalam menghadapi era pasca-pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H