Mohon tunggu...
Olga Elisa
Olga Elisa Mohon Tunggu... -

dia menulis apa saja yang dia mau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Genap

6 Oktober 2012   11:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kalau lo putus sama gue, dan sampai pada saat gue berumur 30 nanti kita ngga balikan, atau bahkan lo udah nikah sama orang, gue akan pergi,”

“Ke mana?”

“Keliling dunia,”

“Bagus dong, keliling dunia kan impian lo. Mungkin akan bantu nyembuhin sakit hati,”

“Dan gue ga akan nikah,”

. . .

Tik tok.

Tik tok.

. . .

Lalu kita putus, beberapa ratus hari setelah percakapan malam itu terjadi, di perjalanan pulang sehabis kencan kita yang ke-ratusan kalinya.

. . .

Tik tok.

Tik tok.

. . .

Tiga ribu hari berlalu.

Aku adalah genap hari ini.

Genap 30.

Genap pada janjiku dulu.

Genap rasanya hatiku telah mengantongi visa dan segala tiket perjalanan ini.

Genap di hari jadiku ini.

Genap 30.

Aku selalu suka hari ulang tahun. Sejak kecil. Hanya satu hari ini dalam setahun, rasanya semua orang turut ambil bagian dalam kebahagiaanku, semua berharap umurku panjang dan cita-citaku tercapai, terlepas dari ikhlas atau cuma formalitas.

Lima tahun ulang tahun kulewati dengan kamu. Lima ulang tahun yang meskipun lima ulang tahun setelahnya kulewati tanpa kamu, tetap saja tidak dapat aku lupakan satu persatu.

Iya, kamu ada, tetap ada, pada saat aku melewati ulang tahunku yang keenam sejak aku mengenalmu, sayang predikatmu hanya sebatas teman dan teman.

Dan kamu lagi-lagi cuma sebatas teman di ulang tahunku yang selanjutnya dan selanjutnya.

25. Teman.

26. Teman.

27. Teman.

28. Teman.

29. Teman.

30. Seperti biasa lalu kamu datang ke rumahku hari ini. Kamu masih seperti kamu di ulang tahun-ulang tahunku yang sebelumnya. Masih membuat jantungku berdegup. Entah bagaimana dengan jantungmu itu.

Yang berbeda cuma bentuk ucapan selamat dari kamu. 6 tahun terakhir ini aku hanya berhak untuk jabatan tangan, bukan lagi kecupan. Atau syukur-syukur kalau ada kado yang kamu sembunyikan di balik badan kokohmu itu. Badan yang dulu bisa kurengkuh dengan bebas.

Di 30 ini, kamu duduk di sebelahku, setelah memberi ucapan selamat itu. Televisi menjadi satu-satunya penolong suasana canggung ini.

“Udah makan?”

“Belum, habis dari kantor gue langsung mampir ke sini. Mau ngajak birthday dinner, ya?”

Aku ingin menjawab dengan lantang: “YA. Sekarang juga, ya! Lalu ajak gue balikan,”

Tapi yang keluar hanya: “Ih norak lo. Gue ada cake tuh di kulkas. Mau gue ambilin?”

Pertanyaan yang bukan pertanyaan karena tanpa menunggu jawabannya aku langsung beranjak menuju dapur.

Tidak lama kemudian, kusodorkan kepadamu sepotong chocolate cake kiriman dari kedua orang tuaku tadi pagi.

Hening.

Dan hening.

“Gue mau pamit, besok gue berangkat,”

Tidak ada jawaban dari kamu yang nampaknya sedang menikmati cake di piringmu.

5 menit berlalu.

Kali ini cakemu sudah habis, kita sama-sama berdiam diri, dan (pura-pura) terpaku pada televisi.

Kamu tahu, pikiranku tidak sedang tertuju pada film komedi yang sedang kita tonton dengan entah kenapa begitu serius dan tanpa tawa ini?

Aku tahu, pikiranmu pun tidak.

“Lo ngapain sih selama ini?” tanyaku kepada kamu.

“Maksud lo?”

“Ya kayak begini, lo ngapain ada di sini? Harusnya lo udah nikah, dan sekarang lagi di rumah lo sendiri, sayang-sayangan sama istri, ngajarin anak lo gambar. Bukan di siniii,”

Hening.

“Gue ke sini mau nyampein sesuatu,”

Hatiku berdegup.

“Gue juga mau pamit,”

“Hah? Lo mau ke mana?”

I met her,”

Dunia seolah menarikku ke sebuah lubang hitam. Her. Itulah satu kata yang selama 6 tahun ini saat kuhindari. Aku belum siap mendengar ada kata ‘her‘ dalam hidup kamu.

Kamu melanjutkan, “Maaf gue ga pernah cerita. Gue udah jalan 6 bulan ini. Temen kantor. Dan, bulan depan gue nikah. Lo datang ya, kalau lo inget buat balik ke Indonesia,” ujar kamu sembari memberikan secarik undangan berwarna entah apa, karena yang kulihat saat ini dunia berwarna kelabu.

Beginikah rasanya merasakan genap.

Janjiku genap kutepati. Kamu tahu.

Aku hari ini.

Genap 30.

Genap tanpa kamu.

Genap dengan sejumlah tiket dan visa.

Genap dengan kenyataan.

Genap.

Dan genap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun