"Sudah berapa lama gejala sakitmu itu?" tanya Armand tanpa berbasa-basi.
        "Ah kau memang dokter hebat kawan. Bahkan tak perlu aku bercerita kau sudah tahu kalau aku sedang bermasalah," ucap Nanda sambil bertepuk tangan lirih.
        "Bukan aku tak mau menikah. Aku sudah ditolak calon mertua karena aku bercerita tentang sakit yang tengah kuidap. Hah, orangtua mana yang akan mau menyerahkan anak gadisnya kepada pria yang tengah sakit gagal ginjal, hahahha."
         Deg. Armand tak habis pikir dengan rentetan permainan takdir yang dialami sahabatnya itu dan masih penuh tawa dalam menghadapinya.
        Nanda kau betul-betul manusia kuat, pikir Armand
        Namun sayangnya Nanda sebetulnya tak sekuat itu. Â
--------------------------------
        "Sejak kapan anda memiliki pikiran seperti itu?" wanita berambut ikal itu menatap Nanda serius.
        "Sudah lama sekali. Tapi akhir-akhir ini bisikan itu makin kuat. Saya sudah tidak kuat lagi menghadapinya!" Suara Nanda meronta-ronta dan wanita itu terpaksa mengenggam tangan Nanda untuk menenangkan.
        "Apakah anda tidak punya teman atau seseorang untuk berkeluh kesah?"
        "Ya saya punya. Hanya saja dia sibuk dangan pekerjaan dan keluarganya. Takdirnya sungguh sempurna. Dia punya pekerjaan dan keluarga yang sempurna. Sementara saya??? Begitu menderita sejak lama, sejak kecil. Saya saya sudah tak tahan lagi, tapi saya juga tak ingin mati dulu. Saya tak punya siapa-siapa untuk saya rengkuh!!Dan sekarang saya sakit keras. Tuhaaaaan, kenapa saya???" teriakan Nanda tak terbendung.