Nanda tak sanggup berkata apa-apa dan hanya tertunduk, sebagian menahan lemas tubuhnya.
         "Kau tahu aku hampir putus asa dengan semua ini," ucap Nanda dengan nada riang yang dipaksakan sembari mengusap kepalanya yang basah karena keringat dingin namun Armand mengira itu adalah karena air hujan.
         Armand mencoba berbicara tapi diurungkan sejenak.
         "Minum ini dulu dan makanlah ini sedikit sebelum kita makan nasi campur."
         Secangkir teh hangat serta sepotong ubi cilembu yang ditawarkan Armand membuat Nanda jauh lebih baik dan lebih hangat.
         "Aku sudah menemukan donor untukmu. Bersiaplah untuk tindakan operasi di akhir tahun ini," ungkap Armand setelah melihat Nanda lebih tenang.
        "Benarkah?"
        Nanda meletakkan cangkir teh serta kulit ubi sambil menatap mata Armand.
         "Apa kau yakin ada donor untukku? Aku harap kali ini takdir tidak mempermainkanku."
         "Ya, percayalah padaku. Kau akan baik-baik saja kawan. Karena itu bersiaplah dan jaga kondisi badanmu. No coffee and ciggarete. Ini perintah!"
         "Apa kau yang akan mengoperasiku? Kau akan ada bersamaku kan?"