Instrumen lagu Sebastian Bach mangalun seirama dengan derai hujan yang tak kunjung reda. Selama satu jam lamanya sudah terdengar puluhan kali sentakan petir yang membuat jantung Nanda berdegup kencang. Entah karena pekikan gemuruh atau efek dari 2 gelas kopi dan 2 batang rokoklah yang barangkali menyebabkan detak jantung tak beraturan serta keringat dingin yang terasa basah di dahi Nanda.
          Nanda memegang erat pinggiran gorden sebagai penopang untuk tubuhnya yang terasa lemah seraya matanya memandang hujan dari luar jendela rumahnya. Fokus Nanda teralihkan karena musik dari handphonenya  itu berhenti sebentar dan digantikan dengan nada pesan. Dengan perlahan Nanda berjalan ke arah meja tempat handphonenya tergeletak dan membuka isi pesannya.
          Aku ada kabar baik.
          Makan sianglah di tempatku.
          Eh apa disana hujan?
          Ajaib!seketika itu hujan berhenti. Perlahan sinar matahari menyeruak masuk dari lubang-lubang viltrase sehingga kamar Nanda terasa lebih terang dari sebelumnya. Meski sedikit gontai, Nanda memaksakan langkahnya untuk mengambil jaket tebal dan kemudian melesat pergi dengan motornya menembus hawa dingin sisa hujan lebat siang itu.
--------------------------------
         "Sepertinya kau tidak mengindahkan saranku untuk tidak lagi merokok dan minum kopi. Ah seharusnya aku menggunakan kata perintah bukan saran."
         Nada suara Armand sedikit meninggi ketika melihat Nanda dihadapannya.
        "Aku tidak..."
        "Jangan coba berbohong kepadaku. Bau rokok tercium jelas dan masih ada sisa kopi di sudut bibir kananmu," tegas Armand menyanggah Nanda yang mencoba mencari alasan.