Tak hanya peran pemerintah saja yang dihadirkan, namun peran kesadaran dari diri sendiri harus ada untuk memahami situasi pendidikan di Indonesia saat ini.Â
Kita lihat dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2000 yang menjabarkan tentang tujuan dari PUG yang berorientasi dalam terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Lantas bagaimana cara mewujudkan pendidikan yang ideal?
Demi mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan kurikulum target, semestinya ada peran aktif dari pemerintah dalam menangani kasus kesetaraan gender di dunia pendidikan. Lalu apa hanya sekedar dari pemerintah saja untuk mewujudkan itu semua? Tentu saja tidak, peran aktif dari masyarakat jugalah yang perlu hadirkan terlebih lagi peran dalam mengambil stigma tentang kesetaraan gender yang dirasa ada kurang tepat. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam mewujudkan pendidikan yang ideal antara lain:
- Menurunkan biaya yang ditanggung oleh orangtua
Tidak jauh dari stigma, di masyarakat masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa menyekolahkan anak perempuan dirasa tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan menyekolahkan anak laki-laki.Â
Banyak orang tua beranggapan bahwa menyekolahkan anak laki-laki berarti berorientasi ke investasi, maksudnya adalah ada feedback yang besar ketimbang menyekolahkan anak perempuan dimana akan menerima manfaat sedikit dari pada biaya pengeluarannya dimasa sekolah.
- Meningkatkan kualitas guru dan menaikkan kuantitas guru perempuan
Dengan menetapkan kuota minimum guru perempuan hanya sedikit perempuan yang memenuhi kualifikasi standar pengajaran. Jika regulasi seperti ini terus dilakukan maka akan berdampak pada rendahnya pengajar perempuan sehingga adanya ketimpangan gender dalam dunia pendidikan oleh karena itu untuk menangani masalah seperti ini dalam melaksanakan perekrutan maka harus aktif terlebih lagi untuk wilayah pedesaan.
- Membuat sekolah mudah di jangkau
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memperpendek jarak dari rumah ke sekolah hal ini bertujuan agara mendorong anak perempuan bersekolah.Â
Kita lihat di Indonesia sendiri masih ada anak yang bersekolah jauh dari rumah, jika hal ini di lakukan oleh anak perempuan maka akan timbul kekhawatiran dari para orangtua siswi. Upaya pemerintah yang diambil untuk menangani masalah seperti ini mungkin dengan hadirnya sistem zonasi sekolah dimana para siswa/siswi harus sekolah di sekitar wilayahnya dan tidak boleh keluar dari wilayah yang di tentukan. Namun hal seperti ini tidak berlaku oleh mereka para mahasiswa/mahasiswi, dimana mereka bisa kuliah ke luar kota bahkan keluar pulau.
- Mengembalikan kurikulum yang relevan
Menciptakan kurikulum yang relevan akan membuat anak-anak perempuan tertarik dan mengambil manfaat dari kurikulum yang relate terhadap kehidupan mereka.Â
Bisa dibilang kurikulum yang menghubungkan dengan aktivitas produktif, contoh seperti pertanian, menjahit, memasak, membahas soal Kesehatan, gizi, dsb. Serta menggali potensi yang ada dan menghilangkan stereotype tentang gender.Â