Mohon tunggu...
Oky Firman
Oky Firman Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

I still learn to survive in the next level in my life, don’t give up and stay wake up

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak Tanpa Kekerasan Emosional

12 Januari 2021   14:42 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:15 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya 95 persen itu illegal. Menurut data KPPPA, angka perkawinan anak di Indonesia mencapai 11,21% di tahun 2017 dan turun ke angka 10,82% tahun 2019. 

Menurunnya angka ditahun 2019 kebawah tidak memungkinkan longgarnya perkawinan dini hanya saja tidak tercatat dihukum melainkan bertindak ilegal.

Dalam mendidik anak harus diketahui bahwa sang anak adalah harapan bagi orang tua, dan orang tua sendiri harus tau bagaimana cara agar mendidik anak dengan baik tanpa adanya kekerasan. 

Yang paling utama adalah orang tua harus mendekatkan dirinya kepada ajaran-ajaran agama, dimana agama akan mengajarkan cara-cara yang baik dalam mendidik anak. 

Orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya harus berperilaku baik dan tidak semena-mena. Tidak menunjukkan kekerasan didepan sang anak termasuk bertengkar dengan suami/istri. 

Sang anak memiliki memori yang kuat dalam mengingat suatu momen yang paling berharga dalam hidupnya dan bisa diingat sampai dewasa, hal ini juga harus diketahui bagi orang tua. 

Oleh karena itu orang tua harus mendidik dengan cara memorable bagi sang anak tanpa adanya kekerasan emosional, dan jika anak bandel kita harus sabar dan terus ingatkan kalo perilaku tersebut tidak baik.

Ada hal yang harus perlu diingat, dalam kekerasan pasti meninggalkan dampak-dampak terutama dampak negatif pada anak dan tidak terkecuali pada kekerasan emosional. 

Ada dampak-dampak yang harus diketahui dari kekerasan emosional antara lain, Kehilangan kepercayaan diri, Terlihat depresi dan gelisah, Sakit kepala atau sakit perut yang tiba-tiba, Menarik diri dari aktivitas sosial seperti dari teman-teman, atau orangtua, Perkembangan emosional terlambat, Sering bolos sekolah serta penurunan prestasi, kehilangan semangat untuk sekolah, Menghindari situasi tertentu, dan Kehilangan ketrampilan bahkan sampai meninggal dunia karena bunuh diri. 

Tidak hanya itu, harus diperhitungkan bahwa besar kemungkinan sang anak mengalami gangguan perkembangan otak dan sistem saraf hal ini yang akan berdampak pada fisik dan psikis dalam jangka yang Panjang kedepannya.

Regulasi pemerintah berperan penting terhadap masalah-masalah yang dihadapi rakyat. Peraturan yang bersifat mengarah dan memaksa harus ditakuti oleh setiap warga negara, hal ini juga yang menjadi landasan hukum di negara Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun