Dibutuhkan kerja keras, waktu, ketekunan, uang, dan pemikiran yang tidak main-main bagi petani untuk bisa menghasilkan panen dari sawah.
Sayang, setelah semua kerja keras itu, rata-rata petani kita tidak diuntungkan oleh sistem yang ada. Mulai dari harga pupuk dan pestisida yang mahal sampai pada harga jual gabah yang rendah, kerja keras yang mereka berikan nyatanya tidak banyak memberi kesejahteraan yang layak.Â
Hasil kerja keras mereka mungkin hanya cukup untuk makan dan biaya kebutuhan sehari-hari, tetapi tidak mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan yang lebih baik. Mungkin itu sebabnya petani tidak lagi menjadi profesi yang masih diminati pada zaman sekarang.Â
Lalu setelah panen, masih ada lagi proses pengangkutan hasil panen dengan sistem transportasi, proses produksi dan pengolahan pangan, distribusi, pemasaran, dan retail yang melibatkan banyak orang dan pihak, hingga akhirnya hasil pertanian atau perkebunan bisa sampai ke tangan konsumen.
Dari rangkaian tersebut, hanya segelintir orang yang mampu meraup keuntungan (besar) karena besarnya modal yang mereka miliki. Siapa mereka? Kira-kira mungkin pengusaha sistem transportasi, pedagang partai besar, atau pihak-pihak pemilik fasilitas pengolahan padi.
Petani (terutama yang tidak memiliki lahan), buruh angkut, buruh pasar, dan pedagang pasar/warung bukan pihak2 yang menerima keuntungan besar dalam jaringan ini.
Itu jika kita melihat dari segi nasi yang menjadi makanan pokok kita. Kita belum lagi berbicara soal sayur, lauk pauk, buah, atau produk pangan lainnya yang kita konsumsi setiap hari. Ada lebih banyak lagi pihak yang berkontribusi dalam penyediaan pangan sebagai kebutuhan pokok dalam hidup.
Lalu, apa hubungan semua itu dengan doa makan?
Setelah kita mengetahui semua proses rumit di balik penyelenggaraan ilahi atas piring makanan kita maka harusnya kita bisa mulai memandang dan memperlakukan doa makan dengan sikap dan cara yang berbeda.
Pertama, doa makan harus menjadi ekspresi ungkapan syukur kita atas pemeliharaan Tuhan yang ajaib atas hidup melalui makanan yang tersedia.Â
Panjangnya proses serta besarnya upaya, tenaga, sumber daya, serta kerja keras banyak pihak yang terlibat dalam penyediaan makanan membuktikan bahwa hidup kita ditopang oleh banyak orang dan berbagai proses. Secara luar biasa itu terjadi setiap hari di dunia tempat kita hidup, dalam pola, rutinitas, dan aktivitas yang berjalan secara teratur di tempatnya masing-masing.