Tak heran jika dalam sistem kapitalisme, individu bisa memiliki akses dan kontrol besar atas sumber daya, bahkan di atas negara.Â
Sistem di Eropa yang lebih bersifat sosialis dan humanis justru terbukti lebih mampu mendatangkan kesejahteraan yang merata pada masyarakatnya.
Selain itu, agak berbeda dengan warga Amerika dan Asia yang memandang materi (dan kasta sosial) sebagai hal yang penting, orang-orang Eropa tidak memandang materi sebagai faktor utama dan satu-satunya yang menopang dan mendatangkan kebahagiaan.Â
Menurut mereka, keseimbangan dalam melakukan dan memenuhi berbagai wilayah dan kebutuhan hidup menjadi kata kunci untuk meraih kebahagiaan.Â
Nah, inilah yang saya sebutkan sebelumnya sebagai hal-hal yang dibangun dan menjadi sistem nilai yang penting dalam kehidupan mereka.Â
Selain materi, ada hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian dan dikembangkan dalam hidup agar seseorang merasa content.
Relasi keluarga dan sosial, kesejahteraan komunitas, kesehatan mental dan jasmani, kepedulian pada sesama dan lingkungan, aktualisasi dan pengembangan diri, kelestarian alam dan lingkungan, sistem pemerintahan yang dapat dipercaya dan tidak korup adalah hal-hal yang menjadi syarat demi terciptanya kesejahteraan individu dan masyarakat.Â
Teorinya, jika kebahagiaan individu sudah tercapai secara luas, maka kesejahteraan bersama akan lebih mudah tercapai. Sebaliknya, kesejahteraan bersama juga menjadi faktor penting bagi terciptanya kebahagiaan individu.
Mari kita lihat pada bagaimana orang-orang Nordic memandang penting keseimbangan hal-hal dalam hidup itu tampak dari jam kerja atau jam sekolah mereka.Â
Jam kerja rata-rata pekerja di Denmark, misalnya, hanya sekitar 32.35 dalam satu minggu. Artinya rata-rata jam kerja yang mereka habiskan adalah 6 jam dalam satu hari.Â
Sementara, di Amerika dan Jepang, rata-rata orang bekerja 8-9 jam per/hari, atau sekitar 40 jam/minggu.Â