Mohon tunggu...
Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan dalam Pendidikan: Perempuan dan Ibunda, Dua Sosok dalam Satu Raga

7 April 2021   23:27 Diperbarui: 7 April 2021   23:32 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.mkorsoutlet.com.co/10-fakta-tentang-pendidikan-perempuan-di-indonesia/

Perempuan tua itu senantiasa bernama:

Duka derita dan senyum yang abadi

Tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi

Dari ujung rambut sampai telapak kakinya

Perempuan tua itu senantiasa bernama:

Korban, terima kasih, restu dan ampunan

Dengan tulus setia telah melahirkan

Berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia

Perempuan tua itu senantiasa bernama:

Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba

Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri

Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya

(Ibunda Tercinta, Umbu Landu Paranggi, 1965)

Ibunda Tercinta, sebuah karya sastra dalam bentuk puisi milik seorang sastrawan yang dikenal dengan sebutan Presiden Malioboro ini begitu sarat makna mendalam. 

Sosok perempuan yang digambarkan beliau pada puisinya tak lain merupakan seorang perempuan luar biasa sepanjang masa yang pastinya dimiliki oleh masing-masing diri. Seorang perempuan yang istimewa bagi tiap anak. 

Sosok cinta pertama bagi putra-putrinya saat mulai mengenal dunia. Perempuan yang tidak akan pernah tergantikan perannya sepanjang masa itu bernama Bunda (Ibu).

Membicarakan sosok hebat ini tentunya bukan menjadi hal yang baru di dunia pendidikan. Apalah artinya pendidikan seorang anak tanpa peran seorang ibu didalamnya. 

Begitu pula apalah artinya seorang perempuan apabila ia tak mendapatkan pendidikan yang layak dalam menjalani perjalanan kehidupannya. Perempuan dan pendidikan, dua kata yang cukup dekat. 

Keduanya dapat memberikan makna yang mendalam. Pendidikan untuk perempuan ataupun perempuan untuk pendidikan. Dengan adanya perempuan yang melewati proses pendidikan secara baik akan mampu mendidik generasi penerus bangsa menjadi manusia-manusia terdidik.

Di era kehidupan sekarang ini, peran orang tua dalam mendidik putra-putri mereka menjadi proses (momen) yang semakin dibutuhkan. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka seharusnya tidak boleh tergantikan oleh gadget maupun pengaruh lingkungan yang tidak baik. Terlebih arus budaya asing yang kurang sesuai terkadang secara tidak sengaja turut memberikan goresan-goresan pengaruh negatif. 

Misalnya saja sikap individualis dan apatis kini cukup mampu membius generasi muda bangsa ini, khususnya perempuan. Bukan hanya anak laki-laki yang asyik dengan permainan game online sepanjang hari, remaja putri pun terlena berselancar di dunia maya untuk stalking hal-hal yang kurang berfaedah. 

Mereka menyebut kegiatan semacam ini sebagai tren, fomo, atau bahkan inilah cara hidup kekinian. Hidup bersama gadget di genggaman dan kurang peduli dengan kondisi sekitar.

Hal tersebut tidak dapat dipungkiri oleh sebagian besar orang tua di Indonesia. Sejumlah stereotip negatif bermunculan dan melekat di benak mereka bila berbicara tentang putri mereka di zaman sekarang. 

Para orang tua mengeluh , tantangan menjaga dan mendidik putri mereka kini jauh lebih sulit daripada sebelumnya, yakni di zaman ketika mereka masih belia.

Apabila dulu semuanya masih dapat dipantau secara langsung dengan kedua pandangan indera penglihatan serta pengawasan seadanya, kini semuanya berubah. 

Padahal, putri-putri belia merupakan rahim bangsa karena dari merekalah kelak calon pemimpin dan penerus bangsa dilahirkan. Dalam hal ini, pendidikan bagi seorang perempuan memang benar-benar diperlukan sejak dini, terutama dari kedua orang tua.

Para orang tua yang tengah berusaha mendidik anak perempuannya pasti mampu menghadapi segala kemungkinan perilaku putri mereka. 

Meskipun secara umum peran seorang ibu dalam proses pendidikan anak perempuan lebih dominan karena kedekatan emosional yang telah terjalin sejak kecil, kontribusi ayah pun tak kalah penting. Keduanya memang sudah seharusnya saling bersinergi untuk membuat kondisi pendidikan di rumah yang sehat. 

Dalam hal ini, para orang tua memerlukan sikap mental yang dinamis dan seimbang, antara ikhlas dan berilmu, antara sabar dan tegas, serta antara teladan dan pemaaf. 

Bekal tersebut sekaligus merupakan perangkat teknis agar materi pendidikan berhasil dan dapat diterima dengan baik oleh sang putri tercinta.

Proses pendidikan bagi perempuan tak hanya dilakukan dalam jangka waktu satu hari atau dua hari saja. Dilihat dari perspektif orang tua, mendidik seorang anak perempuan merupakan kewajiban yang dilakukan sepanjang anak tersebut masih menjadi tanggungan orang tua (belum menikah). 

Kelak, setelah seorang anak perempuan menikah maka tugas pemberian pendidikan akan dilimpahkan sepenuhnya kepada suami perempuan tersebut. Mengingat betapa mulianya dan betapa harus terjaganya seorang perempuan seolah ia membutuhkan guru sepanjang hayat yang dapat terus membimbing dan mengarahkan setiap perjalanan kehidupannya.

Tak hanya karena sebuah bentuk kewajiban orang tua kepada anak perempuannya, pendidikan yang diberikan kepada anak merupakan wujud cinta dan rasa syukur kepada Tuhan yang telah mempercayakan titipan (anak) sebagai salah satu ladang kebaikan yang mengandung harapan mulia. 

Kedua orang tua berharap anak perempuannya mampu mengalirkan pahala kebaikan bagi mereka kelak saat telah kembali ke sisi Tuhan. Sedangkan selama di dunia, bentuk bakti anak perempuan pada kedua orang tua ialah dambaan terindah bagi masing-masing diri yang bergelar manusia.

Perempuan-perempuan terdidik merupakan sumber daya umat yang akan membawa perubahan ke arah lebih baik lagi dari sekarang ini. Jiwa emansipasi Kartini disertai bimbingan kedua orang tua mengacu tuntunan dalam agama akan membentuk para perempuan Indonesia menjadi sumber daya luar biasa dalam memajukan peradaban dalam agama dan peradaban dunia. 

Hal ini selaras dengan sudut pandang dalam Islam bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan tak terkecuali perempuan. Selanjutnya, aset terdidik ini akan menjadi sentral keberlanjutan dalam keluarganya kelak. Ia akan tumbuh menjadi seorang pendidik (ibu) yang memberikan peran besar. 

Oleh karenanya, sukses dalam mendidik anak perempuan merupakan sebuah kesuksesan yang bersifat multi-effect; efek berantai berkelanjutan sampai generasi terakhir.

sumber: https://www.mkorsoutlet.com.co/10-fakta-tentang-pendidikan-perempuan-di-indonesia/
sumber: https://www.mkorsoutlet.com.co/10-fakta-tentang-pendidikan-perempuan-di-indonesia/

Proses pendidikan seorang anak perempuan identik dengan penanaman karakter sejak dini agar kian melekat dan membentuk pribadi yang baik serta mulia. Maka dari itu, terdapat beberapa bentuk penguatan dalam rangka mewujudkan hal tersebut.

Mematrikan Keimanan (Akidah)

Jika ia seorang dengan Islam sebagai agamanya, maka orang tua seharusnya membimbing putri tercintanya menjadi seorang muslimah yang memiliki akidah lurus. 

Begitu pula jika ia seorang Nasrani maupun umat agama serta kepercayaan lainnya, kedua orang tua hendaknya mempersiapkan anak perempuannya menjadi seorang yang memiliki keimanan kuat pada Tuhan. Iman yang melekat di hati, diucapkan oleh lisan dan dibuktikan melalui perbuatan sesuai ajaran agama yang dianutnya.

Membiasakan Ibadah

Bukti keimanan seseorang diwujudkan dalam bentuk ibadah yang berkelanjutan. Ibadah yang berhubungan langsung antara dirinya dengan Tuhan maupun ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia serta alam sekitar. 

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan yang terdidik akan selalu mencintai Tuhan dan melaksanakan perintah Tuhan juga menjauhi apa yang menjadi larangan Tuhan-nya.

Menanamkan Akhlak

Pendidikan moral merupakan pendidikan yang penting sebagai bentuk manifestasi dari akidah seseorang hamba. Kondisi moral yang baik ialah cerminan dari akidah yang lurus. Pun sebaliknya, moral yang kurang baik menunjukkan adanya ketidakberesan dalam aspek keimanannya.

Saat orang tua mengajarkan akhlak yang baik harapannya putri mereka juga akan berperilaku baik kepada orang tua, sesama, dan lingkungan sekitar. Perempuan yang mulia dan berakhlak  ialah mereka yang mampu menjaga kejujuran, amanah, mampu menjaga rahasia, dan pandai beretika di mana ia berada. 

Di samping itu, para anak perempuan  juga perlu mengetahui akhlak yang tidak baik supaya terhindar sedini mungkin serta menyadari efek dari akhlak yang tidak baik tersebut.

Melatih Mental dan Jiwa Sosial

Menurut Dr. Misran Jusran, pendidikan mental memiliki dua tujuan yakni menghalangi berkembangnya keadaan mental negatif dan menyuburkan benih-benih bagi pertumbuhan mental positif. Mental positif sangat dibutuhkan untuk menjadikan pribadi yang positif, optimis, dan selalu bersemangat. Sebaliknya, mental negatif menghambat pertumbuhan jiwa dan cenderung menyeret jiwa ke dalam kondisi terendah. Pendidikan moral diperlukan karena setiap jiwa terbuka dan berpotensi terhadap kedua keadaan tersebut. Melihat hal ini, orang tua hendaknya jeli pada perilaku dan sikap putrinya, memantau setiap perubahan kondisi mental, serta mempertimbangkan dengan baik cara-cara efektif dalam menghadapi persoalan mental yang tengah dialami anak.

Memompa Intelektualitas

Perempuan di zaman ini hidup di tengah tuntutan skill dan keahlian. Dia harus menjadi pribadi yang cerdas dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, serta orang-orang di sekitarnya. Supaya hal ini terwujud, orang tua wajib memberikan pengetahuan, skill, dan keterampilan. Orang tua bersama lembaga pendidikan dapat berbagi peran untuk memberikan pendidikan intelektual yang optimal dan bermakna.

Melatih Fisik dan Menjaga Kesehatan

Kesehatan fisik seorang perempuan juga perlu diperhatikan karena perempuan merupakan aset berharga bagi keberlanjutan generasi suatu bangsa. Seperti kata pepatah, "di dalam fisik yang sehat, tersimpan jiwa yang kuat". Melatih fisik agar tetap terjaga dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan hidup sehat seperti bangun pagi tepat waktu, olahraga rutin, menjaga pola hidup bersih dan rapi, serta memberikan waktu pada anak perempuan untuk aktualisasi diri mereka melalui kegiatan fisik yang mereka sukai selama dalam koridor wajar dan tidak menyimpang.

Pendidikan untuk kaum perempuan sejatinya pendidikan yang dipersiapkan karena perempuan ialah manusia-manusia berharga. Perempuan ialah sosok ibu dan seorang ibu pasti ia yang bergelar perempuan. Pendidikan bagi seorang perempuan hakikatnya merupakan proses bertahap, berkelanjutan, dan berkesinambungan agar para perempuan terbimbing dalam menjalankan peran sesuai kodratnya tanpa ada istilah diskriminasi.

Tidak seharusnya generasi perempuan Indonesia hanya pandai googling tanpa makna, namun perempuan Indonesia mampu menyelami dunia maya untuk memperoleh kebermanfaatan bagi kehidupannya dan anak-anaknya kelak. Perempuan Indonesia bukan ia yang pandai berceloteh manja di media massa, namun perempuan Indonesia ialah mereka yang berakhlak mulia serta berdedikasi tinggi untuk bangsa.

 Referensi:

Jusan, Misran dan Armansyah. 2016. Prophetic Parenting for Girls; Cara Nabi Mendidik Anak Perempuan. Yogyakarta: Pro-U Media

Takariawan, Cahyadi dkk.2020. Mengedukasi Negeri Bukan Sekadar Antalogi. Yogyakarta: Madani Kreatif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun