Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya
(Ibunda Tercinta, Umbu Landu Paranggi, 1965)
Ibunda Tercinta, sebuah karya sastra dalam bentuk puisi milik seorang sastrawan yang dikenal dengan sebutan Presiden Malioboro ini begitu sarat makna mendalam.Â
Sosok perempuan yang digambarkan beliau pada puisinya tak lain merupakan seorang perempuan luar biasa sepanjang masa yang pastinya dimiliki oleh masing-masing diri. Seorang perempuan yang istimewa bagi tiap anak.Â
Sosok cinta pertama bagi putra-putrinya saat mulai mengenal dunia. Perempuan yang tidak akan pernah tergantikan perannya sepanjang masa itu bernama Bunda (Ibu).
Membicarakan sosok hebat ini tentunya bukan menjadi hal yang baru di dunia pendidikan. Apalah artinya pendidikan seorang anak tanpa peran seorang ibu didalamnya.Â
Begitu pula apalah artinya seorang perempuan apabila ia tak mendapatkan pendidikan yang layak dalam menjalani perjalanan kehidupannya. Perempuan dan pendidikan, dua kata yang cukup dekat.Â
Keduanya dapat memberikan makna yang mendalam. Pendidikan untuk perempuan ataupun perempuan untuk pendidikan. Dengan adanya perempuan yang melewati proses pendidikan secara baik akan mampu mendidik generasi penerus bangsa menjadi manusia-manusia terdidik.
Di era kehidupan sekarang ini, peran orang tua dalam mendidik putra-putri mereka menjadi proses (momen) yang semakin dibutuhkan. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka seharusnya tidak boleh tergantikan oleh gadget maupun pengaruh lingkungan yang tidak baik. Terlebih arus budaya asing yang kurang sesuai terkadang secara tidak sengaja turut memberikan goresan-goresan pengaruh negatif.Â
Misalnya saja sikap individualis dan apatis kini cukup mampu membius generasi muda bangsa ini, khususnya perempuan. Bukan hanya anak laki-laki yang asyik dengan permainan game online sepanjang hari, remaja putri pun terlena berselancar di dunia maya untuk stalking hal-hal yang kurang berfaedah.Â