Mohon tunggu...
Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keteladanan Gejala Alam Part 2: Dandelion Harapan Bersanding Energi Potensial dan Kinetik

20 Juli 2020   21:36 Diperbarui: 20 Juli 2020   21:26 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dansmedia.net

Dandelion merupakan sosok bunga dengan tangkai sederhana yang keberadaannya jarang disadari oleh banyak orang. Meskipun demikian, ia mampu bertahan dalam segala keadaan. Walaupun bentuknya tak seindah mawar, baunya tak seharum melati, dan warnanya tak semegah bunga matahari akan tetapi ia memberi arti dalam kehidupan ini. 

Menumbuhkan benih-benih positif

Kecil tak berarti namun ia menumbuhkan diri di tempat yang ia singgahi. Berusaha beradaptasi dan berkembang menjadi tanaman baru di tempat yang baru. Akan tetapi ia tetap berusaha menjaga jati diri sebagai setangkai Dandelion sederhana. Jauh dari sifat keangkuhan karena ia begitu apa adanya.

Layaknya setangkai Dandelion, manusia pun mampu menjadi sosok demikian. Pribadi sederhana namun mengena di tengah lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Dimanapun kita berada, disitulah kita belajar menempa diri dan mencari berbagai pengalaman hidup. Tak sekadar belajar untuk diri pribadi namun kita pun turut membelajarkan orang lain. Bukan bersikap menggurui akan tetapi menjadi teman yang bersedia mendampingi dan berjalan beriringan.

Praktiknya tak semudah teori yang dikatakan, bahkan  akan ada banyak hal menjadi tantangan dan rintangan. Tak selalu kultur lingkungan sesuai dengan kepribadian kita. Terkadang yang kita pikirkan tak sama dengan yang terjadi dan terealisasi.

Hal ini karena masing-masing pribadi berbeda pemikiran dan sudut pandang. Lalu, harus bersikap seperti apa ketika berada di berbagai macam lingkungan yang kita jumpai, singgahi, bahkan kita tinggali?

1. Berbaur namun tidak melebur

Mengapa dikatakan berbaur namun tidak melebur? Karena tidak semua kondisi di mana kita berada sesuai dengan prinsip hidup kita. Di satu sisi kita dituntut untuk mudah beradaptasi, namun di sisi lain kita punya pedoman yang bersifat prinsip.

Misalnya, kita berada di lingkungan dunia kerja yang beragam latar belakang pendidikan dan keluarga. Sebagian rekan kerja kita mungkin merupakan ibu rumah tangga dengan segala persoalannya saat berada di rumah, sebagian lagi merupakan singlelillah atau jomblowan jomblowati yang belum menikah.

Gaya bicara dan topik pembicaraan yang akan dibahas pun akan jauh berbeda diantara dua golongan tersebut. Kita berada di mana? Apakah kita termasuk di salah satu golongan tersebut? Atau kita bukan berada diantara keduanya?

Apabila kita masuk diantara satu dari golongan tersebut, bukan tidak mungkin kita akan memiliki kecenderungan untuk lebih dekat dengan golongan yang berfrekuensi sama.

Hal ini tidak buruk, namun tetap perlu pembatasan pada hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip pegangan kita. Jangan sampai hal prinsip yang telah kita jaga ternodai dengan hal yang sebenarnya membawa kita pada situasi yang bukan menjadikan kita lebih baik.

Contohnya budaya belanja kredit ibu-ibu muda tiap bulan yang mungkin saja kurang sesuai dengan gaya hidup kita sebelumnya. Alih-alih ingin berbaur malah kita tercebur pada sesuatu yang sebenarnya tidak menjadi prioritas dalam hidup kita sebelumnya. (Hanya sebuah perumpamaan saja)

Di sisi lain kita pun perlu mengambil unsur-unsur kebaikan dari lingkungan kita. Misalnya budaya gotong royong, saling membantu, pengajian, arisan bersama yang dapat menumbuhkan semangat kebersamaan dan mengingatkan bahwa kita merupakan makhluk sosial.

Tak ada salahnya mengikuti kegiatan perkumpulan seperti PKK ataupun kegiatan perkumpulan lain di lingkungan masyarakat sekitar maupun di lingkungan kerja. 

2. Membentuk pribadi yang disegani bukan ditakuti

Segan dan takut merupakan dua kata yang memiliki makna berbeda. Apabila di dalam dunia pendidikan, seorang guru yang disegani oleh siswa biasanya memiliki kepribadian yang tegas. Sedangkan seorang pendidik yang ditakuti oleh peserta didik biasanya dikenal dengan sebutan guru galak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi disegani berbeda dengan ditakuti.

Menjadi seseorang yang disegani memberi arti bahwa kita membaur dengan lingkungan sekitar namun kita tetap memiliki kharisma dan wibawa dalam berucap maupun bertindak.

Walaupun kita dekat dengan semua pihak dalam suatu lingkungan, akan lebih berwibawa jika tetap menjaga tindakan dan sikap. Ketika kita mempunyai wibawa, maka orang lain akan berusaha menghormati dan menghargai kita. Tentunya kita pun harus menghargai dan menghormati orang lain juga.

3. Mengajak namun tidak memaksa

Bukankah saat kita mengajak orang lain dalam kebaikan maka kita pun akan mendapat pahala kebaikan itu pula? Bukankah kita akan turut bahagia apabila kita mampu berbagi kebaikan dengan orang lain? Bukankah akan ada perasaan lega saat kita berusaha ikhlas dalam mengajak sesama untuk melakukan sebuah tindakan bernilai kebaikan?

Berada di lingkungan baru sedikit banyak mengharuskan kita mampu mengikuti aturan dan kebiasaan yang ada. Namun, bukan tidak mungkin apabila kita pun turut mengambil peran untuk mengajak maupun berinovasi dalam berpendapat maupun bertindak. Tentunya hal tersebut tidak instan, melainkan membutuhkan waktu untuk berproses. Tak ada salahnya apabila kita memiliki gagasan bernilai kebaikan yang dapat memberikan pengaruh pada lingkungan baru kita.

Pun saat berada dalam lingkungan beragam dalam satu waktu yang hampir bersamaan. Misalnya saja seorang guru yang harus mampu beradaptasi sebagai rekan kerja saat berhadapan dengan sesama guru. Di sisi lain, juga menjadi sosok teman belajar bagi para siswanya di kelas.

Bahkan sesampainya di rumah, ia dituntut untuk menjadi anggota keluarga dan tetangga yang baik dalam lingkungan keluarga serta masyarakat.

Terlebih apabila seorang guru tersebut telah berkeluarga dan memiliki anak. Tak hanya mengurus anak orang lain di sekolah namun prioritas utama ialah anak dan suami sendiri.

Aksi mengajak ke dalam kebaikan dapat diaplikasikan saat kita berada di lingkungan manapun. Bukan berlagak menjadi seorang yang berpengaruh, namun sejatinya ingin memberikan pengaruh positif dengan adanya keberadaan kita  di tengah-tengah mereka.

4. Memberi contoh tetapi tidak menggurui

Ada kalanya kita menjadi sosok yang diteladani, ada saatnya pula kita meneladani sosok yang kita kagumi. Masing-masing diri pasti pernah merasakan kedua posisi ini baik menyadari secara langsung maupun tidak menyadarinya sama sekali. Masing-masing pribadi pun akan belajar meneladani dan menjadi seorang teladan dalam rangkaian skenario kehidupan yang tengah dijalankan.

Dalam sebuah lingkungan baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan kerja pastinya terdapat sosok yang dituakan, sosok yang diteladani tindak-tanduknya, sosok yang didengarkan segala perkataannya sampai sosok yang selalu menjadi tempat meminta nasihat atau saran dalam menghadapi beberapa persoalan. Hadirnya sosok-sosok demikian merupakan bentuk alami dari kebiasaan diri seseorang dalam bertindak sehari-hari.

Seseorang yang terbiasa melakukan sholat tepat waktu pasti akan konsisten meskipun berada di lingkungan baru maupun lingkungan berbeda dari sebelumnya. Ia akan sulit mengubah sesuatu yang telah melekat.

Begitu pula orang yang terbiasa tidak terlambat, maka ia akan merasa aneh apabila sesekali ia terlambat masuk kerja atau sekolah.

Mungkin diri kita sendiri tidak menyadari hal sekecil ini karena merupakan rutinitas semata yang biasa dijalani namun bagi orang lain bisa jadi merupakan salah satu contoh kebiasaan baik yang patut untuk diteladani.

Sehingga secara tidak langsung kita telah memberikan suatu keteladanan tanpa menggurui mereka yang berada di sekeliling kita.

Bagaimana Energi Potensial dan Kinetik Bekerja?

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya. (Bunyi Hukum Kekekalan Energi)

sumber: https://apaperbedaan.com/energi-kinetik-potensial/n
sumber: https://apaperbedaan.com/energi-kinetik-potensial/n


A. Energi Potensial Bergantung pada Massa dan Ketinggian

Dalam kajian ilmu sains khususnya fisika dinyatakan bahwa energi potensial ialah energi yang dimiliki benda karena kedudukan atau posisinya.

Semakin tinggi posisi suatu objek/benda maka energi potensialnya makin besar. Hal ini dapat dianalogikan pada seseorang yang memiliki kedudukan tinggi maka akan mudah memberikan pengaruh pada orang lain.

Pengaruh dalam hal ini dapat disebut dengan energi positif yang dimilikinya tersalurkan pada orang-orang disekitarnya. 

egitu pula apabila seseorang memiliki massa yang besar (kemampuan yang mumpuni) maka potensi  (energi) yang dimiliki untuk memberikan pengaruh pada lingkungan juga semakin besar.

Seseorang akan lebih mempercayai titah yang diperintahkan oleh atasan dibandingkan dengan instruksi yang diberikan oleh teman sejawat.

Seseorang juga akan mudah menerima saran dari seseorang yang berkapasitas besar (ahli dalam suatu bidang) dibandingkan dengan saran yang diberikan oleh orang awam.

Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan semakin besar posisi (kedudukan) dan massa (kapasitas keahlian) suatu objek maka potensi energi positif yang disalurkan akan memberikan pengaruh yang cukup besar pula.

B. Energi Kinetik Bergantung pada Massa dan Kecepatan

Apabila energi potensial dipengaruhi oleh kedudukan suatu objek, maka energi kinetik bergantung pada massa dan kecepatan suatu objek tersebut bekerja. Semakin cepat suatu objek melaju maka energi kinetiknya akan semakin besar pula. Terlebih lagi apabila massa benda (objek) tersebut semakin besar pula.

Seseorang yang gesit dan cekatan akan mudah mengambil peran dan memberikan energi positif pada lingkungan sekitar dibandingkan dengan orang yang hanya diam tanpa progress. Seseorang yang mau memberikan aksi, meluangkan waktu untuk berbagi dan bergerak untuk kebaikan akan jauh memberikan kontribusi kebermanfaatan bagi khalayak.

Semakin cepat gerakannya  maka pengaruh kinetiknya akan semakin besar dan semakin bernilai.  Sebut saja seorang relawan yang memiliki loyalitas dalam ranah kemanusiaan (secara aktif turut bergerak mengorbankan materi, tenaga, dan pikirannya) akan semakin memberikan pengaruh positif dan keteladanan bagi orang banyak.

Memikirkannya memang seolah mudah, namun memulainya membutuhkan langkah awal yang berani. Berani bergerak, berani mengambil resiko, dan berani memberi arti pada tiap rangkaian fase kehidupan yang tengah berjalan. Berawal dari sesuatu yang sederhana, maka akan ada kontribusi kebaikan yang dapat kita berikan.

 Mari memulai dari hal sederhana untuk memberikan kontribusi sesuai kemampuan diri !

#SpreadingKindness

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun