"Agak diedit dulu. Biar gak sama persis."
"Udah salah, sama persis lagi"
Jawabku puas menyindir dengan emot sesuai keinginanku. Dasar Apip.
Alkisah Centong Nasi
Beralih dari ketengilan si Apip, sedikit bercerita nostalgia Ramadhan saat aku masih duduk di bangku SMP.  Mungkin memakai kata aku akan sedikit lebih santai kali ini. Tepatnya saat itu aku kelas 1 SMP. Aku memang sudah terbiasa di bulan Ramadhan karena ibu telah membiasakanku sejak kecil. Jadi, kalau aku ketahuan mengeluh gak kuat puasa maka siap-siap akan mendengar ceramah sepanjang kutub utara ke kutub selatan. Hehe..(saking panjangnya)
Hari itu aku berpuasa seperti biasa. Sepulang sekolah jam 2 siang dilanjut main bersama adik sambil menunggu waktu 'asar. Selepas shalat 'asar, kedua mata ini tak mampu untuk dicagak dengan segala macam cara. Pokoknya ngantuk sekali. Samar-samar terdengar suara ibu memanggil. Entah sudah berapa lama aku tertidur namun rasanya baru sebentar.
"Sudah adzan Nak, ayo bangun. Buka puasa dulu"
"Iya bu.." jawabku masih dalam keadaan setengah sadar.
Aku duduk dan mengambil menu yang telah disiapkan di meja makan. Entah ada apa saja saat itu makanan yang disajikan, naluriku mengatakan aku harus makan. Tangan kanan mengambil nasi yang ada di piring menggunakan sendok yang kupegang. Terasa aneh saat sendok itu menyentuh bibirku. Ibu menepuk sambil berkata.
"Kamu mau makan pakai centong nasi?"