Dio melangkahkan kakinya dengan pelan. Sambil berjalan dari tempat tidurnya, Dio menatap langit. Matahari sudah mulai terbenam dan samar-samar bulan mulai terlihat dari kejauhan. Dio merasa tubuhnya sedikit lebih terang. Itu berarti hari ini adalah 31 Oktober, hari di mana dirinya bisa dilihat oleh manusia. Selain itu, bulan pada malam ini juga akan berubah menjadi merah. Sudah terjadi cukup lama bahwa bulan akan tampak berbeda di tanggal 31 Oktober. Itu karena pada tanggal ini, semua hal mistis akan nampak di mata manusia, tidak terkecuali Dio.Â
Dio kemudian menatap dirinya kembali. Dio bukanlah manusia, melainkan makhluk berkepala labu dan memiliki kaki. Terdiam untuk beberapa saat, Dio teringat bahwa dirinya sudah cukup lama hidup dengan bentuk yang menyeramkan ini. Ini sudah tahun kedua puluh sejak dirinya berubah menjadi makhluk berkepala labu. Dulunya, Dio adalah manusia biasa. Namun, nasib tidak beruntung datang menghampiri anak itu. Seorang vampir datang menghampiri dan kemudian menggigit Dio yang masih kecil itu. Tujuannya adalah karena vampir itu ingin terlepas dari kutukan, jadi ia perlu mendapatkan darah segar dari laki-laki yang masih kecil. Tapi, gigitan itu ternyata mengubah Dio menjadi makhluk labu yang menyeramkan. Seperti pajangan labu yang selalu muncul pada hari Halloween, seperti itu pula wujud Dio setelah tergigit oleh vampir itu. Bedanya, Dio masih memiliki kaki, jadinya Dio terlihat seperti labu Halloween yang dapat berjalan.Â
Sebelum vampir itu benar-benar menghilang, vampir itu memberitahu Dio bagaimana caranya agar ia bisa terlepas dari kutukan. Dio harus bisa menemukan manusia yang bersedia memberikannya satu buah permen. Tapi, Dio tidak boleh meminta langsung kepada manusia. Dio hanya boleh berkata "Trick or Treat" saja saat ia berkeliling mencari manusia. Jika Dio sampai melanggar aturan itu, maka Dio akan menjadi makhluk labu abadi yang tidak bisa berubah wujud kembali. Karena itu, sudah dua puluh tahun, Dio hanya bisa berkeliling mencari manusia yang bersedia memberikannya permen. Ditambah lagi Dio hanya bisa dilihat oleh manusia selama satu tahun sekali, perjuangan Dio untuk mencari permen menjadi semakin berat.Â
Bulan mulai menampakkan dirinya. Warna merah yang khas dan selalu muncul di tanggal 31 Oktober semakin terang. Setelah merasa waktunya untuk berkelilng tiba, Dio pun keluar dari tempat persembunyiannya. Hanya malam ini saja harapan Dio untuk bisa berubah dari makhluk labu ini. Jadi, Dio akan berusaha semampu yang ia bisa, sekalipun Dio pun sudah membayangkan dirinya akan ditolak banyak orang karena wujud menyeramkannya itu.Â
Meskipun banyak yang sering menolak kehadiran Dio dan tidak memberikan permen, Dio tidak pernah mengusili orang-orang yang menolaknya itu. Dengan wujud Dio yang cukup seram untuk dilihat di malam hari saja sudah bisa membuat manusia yang melihat dirinya berteriak, bagaimana bisa Dio menambah ketakutan manusia itu dengan melakukan hal lain? Karena itu, setiap tanggal 31 Oktober usai, Dio hanya bisa kembali ke persembunyiannya dengan rasa kecewa karena tidak berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Ditambah lagi, ia tetap ditakuti oleh banyak orang, jadilah Dio merasa dirinya bisa dilihat setahun sekali itu memang sudah sesuai dengan wujudnya sekarang.Â
Malam semakin gelap, Dio kemudian mencoba berkeliling. Harapannya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ia bisa bertemu dengan manusia yang tidak takut pada dirinya dan mau memberikannya permen. Tapi, sama seperti tahun-tahun sebelumnya juga, setiap orang yang Dio datangi selalu berteriak dan kemudian langsung menutup pintu rumahnya. Atau jika Dio bertemu dengan mereka di jalan, orang-orang itu akan langsung lari ketakutan.Â
Sudah beberapa jam Dio berjalan, ia tidak kunjung mendapatkan hasil yang baik. Bulan semakin meninggi dan menunjukkan warna merahnya, tanda sebentar lagi akan menuju tengah malam. Saat tengah akan berjalan mencari permen, tiba-tiba Dio mendengar suara tangis anak kecil. Penasaran dengan suara itu, Dio kemudian mengikuti suara itu dan sampailah ia di hadapan anak kecil yang sedang menangis ketakutan di sebuah pohon.Â
"Kakak, mama, papa. Kalian di mana? Chika takut."
Suara tangis itu terus terdengar sekalipun Dio berada di dekat anak itu. Anak itu kemudian menoleh ke arah Dio. Seketika, tangisan itu menjadi kencang. Dio yakin bahwa keberadaannya akan membuat Chika semakin takut, jadinya Dio merasa lebih baik jika ia pergi meninggalkan anak itu.Â
Tapi, tanpa disangka, Chika malah berjalan mengikuti Dio. Dio menyadarinya karena terdengar ada suara langkah kaki terus mengikuti dirinya. Dio lalu menoleh dan ia melihat Chika masih menangis, namun tetap berjalan mengikuti langkah kaki Dio. Dio memiringkan kepalanya, terlihat bingung dengan kelakuan anak kecil itu. Tapi, Dio tidak bisa bertanya langsung kepada anak itu karena Dio takut jika kata-kata yang keluar dari mulutnya bukan kata-kata yang diharuskan, Dio malah menjadi makhluk labu abadi. Jadinya, Dio hanya bisa menatap Chika dengan wajah labu menyeramkannya itu.Â
"Aku gak mau sendiri. Temani Chika pulang."
Dio menatap bingung anak itu. Bagaimana caranya ia mengantar anak ini pulang? Di tengah pikirannya, tiba-tiba Dio teringat sesuatu. Dio merasa familiar dengan anak ini, tapi Dio yakin bahwa ia tidak pernah bertemu langsung dengan anak ini. Dio kemudian mencoba memutar semua ingatannya. Saat tengah mengingat kembali dari memorinya, Dio tersentak. Sepertinya dia pernah mendatangi rumah anak kecil ini, tapi bukan anak kecil yang ada di hadapannya itu. Apa dia kakaknya? pikir Dio. Dio kemudian menoleh lagi ke sekelilingnya. Sepertinya, daerah ini sudah cukup dekat dengan tempat tinggal anak yang tersesat ini. Mungkin, anak ini sedang bermain, lalu berjalan terlalu jauh, kemudian tersesat, dan akhirnya menangis hingga malam hari.Â
Dio ingin mencoba memberikan sesuatu yang berbeda pada tahun ini. Jadinya, Dio kemudian melupakan niatnya untuk mencari permen, kemudian ia memutuskan untuk mengantar anak kecil ini pulang. Karena ia tidak bisa berbicara dengan anak itu, dan juga anak itu terus mengikuti langkahnya, Dio akhirnya memilih untuk berjalan dan menuntun anak itu pulang. Untungnya, Chika masih terus berjalan mengikuti Dio. Dibandingkan rasa takut karena harus bertemu dengan makhluk aneh, Chika lebih takut jika harus sendirian di tengah kegelapan. Jadinya, dengan ditemani labu pajangan Halloween yang dapat berjalan, Chika mengikuti ke mana labu itu melangkah.Â
Tidak lama setelah itu, tangisan Chika berubah menjadi ceria ketika ia bisa melihat rumahnya dari kejauhan. Dengan cepat, Chika lalu berlari menuju rumahnya. Dio tertinggal dan kemudian ia berusaha menyusul anak itu. Sesampainya di rumah, ada satu anak perempuan lagi yang tengah terlihat panik di depan pintu. Melihat adik kecilnya sudah sampai di rumah dengan selamat, anak perempuan itu menghembuskan napasnya lega.Â
Dio melihat anak perempuan itu dan teringat. Itu adalah anak yang dulu pernah ia datangi dan kemudian menangis karena kehadirannya. Jadi, anak itu adalah kakak anak kecil ini, batin Dio. Tidak mau mengacaukan reuni dua anak itu, Dio memutuskan untuk pergi dan melanjutkan perjalanannuya mencari permen. Tapi, sebelum sempat Dio pergi, anak perempuan itu memanggil dirinya dengan sebutan "Labu Aneh". Dio kemudian menengok dan melihat Chika melambaikan tangannya dan meminta ia datang ke rumah itu. Dengan ragu-ragu karena takut membuat kakaknya takut, Dio akhirnya mengikuti permintaan Chika.Â
"Kak Rina, tadi Chika diselamatkan sama labu aneh ini," cerita Chika saat Dio sudah berada di dekat mereka. Rina sempat berteriak kaget, tapi setelahnya menjadi tenang kembali karena ternyata labu yang bisa berjalan ini telah menyelamatkan adiknya. Merasa tidak enak, akhirnya Rina mencoba berbicara dengan labu itu.Â
"Karena kamu udah menyelamatkan adik aku, kamu mau minta apa kepadaku, tuan labu?"
Mendengar Rina sudah tidak takut dengan dirinya, Dio akhirnya mencoba memberanikan diri mengeluarkan suaranya. Dengan takut-takut, Dio mengucapkan permohonannya. "Trick or treat?"Â Dio memejamkan matanya karena ia takut reaksi Rina akan berubah lagi. Selain itu, ucapan dirinya juga belum tentu dimengerti oleh Rina, jadi Dio bersiap untuk kecewa kembali karena sudah berharap pada tempat ini. Tapi, setelah beberapa saat, Dio merasa tidak ada yang terjadi pada dirinya. Dio kemudian perlahan membuka matanya, ia melihat dua anak perempuan itu tengah tersenyum kepadanya.Â
"Jika itu yang kamu minta, maka permen ini akan kuberikan kepadamu."
Rina kemudian menempatkan permen itu ke mulut Dio yang terletak pada labu. Dio tidak menyangka dengan perbuatan anak perempuan itu, jadi ia hanya bisa terdiam saja saat permen itu masuk ke dalam dirinya. Tidak lama setelah itu, Dio merasa badannya mulai berubah. Bentuk labu yang ada pada dirinya perlahan menghilang dan tergantikan oleh wujudnya sebagai anak-anak. Tapi, Dio juga tahu bahwa perubahan itu berarti dirinya akan menghilang. Jadi, selagi dirinya masih sempat berbicara, Dio langsung mengucapkan terima kasihnya itu kepada dua perempuan yang ada di depannya.Â
"Terima kasih, manusia baik. Aku akan selalu mengingat kebaikan kalian."
Usai mengucapkan kalimat itu, dengan sekejap, Dio menghilang dari pandangan dua anak itu. Dio merasa bahagia karena penantiannya selama 20 tahun akhirnya terbayarkan. Meskipun itu berarti dirinya harus menghilang, tapi Dio tidak mempermasalahkan hal itu karena itu lebih baik jika dibandingkan dirinya tetap menjadi makhluk labu abadi yang ditakuti orang-orang.Â
"Terima kasih, tuan labu."
Setelah melihat labu yang ada di depannya menghilang, dua anak itu kembali masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Dio yang akhirnya terbebas dari kutukan tersenyum girang. Ia tidak menyangka niat baiknya itu bisa membuahkan permen yang selama ini ia nantikan. Dua puluh tahun penantian akhirnya terbayarkan. Dio yang menjadi manusia labu itu pun menghilang. Bulan yang awalnya merah perlahan berubah warna menjadi kuning kembali. 31 Oktober akhirnya lewat, hal-hal mistis yang hanya bisa dilihat manusia satu tahun sekali akhirnya hilang, dan Dio pun kini sudah terbebas dari kutukannya sebagai manusia labu.Â
Selesai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H