2. Ajaran bagi orang lanjut usia:
a. Â Pengetahuan atau cara mendidik anak.
b. Â Bagaimana caranya jika ingin menentukan atau memastikan kebenaran suatu ilmu.
c. Â Bagaimana bersujud dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, agar tidak mengalami kerugian dan sia-sia usahamu dihadapan Tuhan.
d. Sekalipun seseorang sudah cukup tua (tua), jika  tidak berilmu dan tidak memahami aspek rasa pasti disebut tuwa-tuwas, bisa dikatakan usianya baru tahun karena sudah menjadi seorang yang sangat tua. Orang tua  seperti itu bisa saja kebarat-baratan seperti sepah, apalagi perilakunya sering kali memalukan. Demikianlah garis besar umum isi Wedhatama Sutra yang hendaknya dijadikan acuan dan model penerjemahan mandiri seluruh isi Wedhatama Sutra.
Nilai pendidikan etika
Sebagaimana tertuang dalam syair I Pupuh Sinom,  Amalan kerohanian Panembahan Senopati yang  luhur  dan luhur begitu mulia  sehingga patut menjadi teladan bagi siapapun yang mengikutinya sebagai teladan. Selain itu, ia juga menjadi teladan bagi anak cucunya, ia menyebarkannya kepada masyarakat luas di luar tembok istana. Teladan Panembahan Senopati sebagai pemimpin perang sekaligus  pemimpin yang mampu menjembatani  kesenjangan antara Kawula dan Gusti, karena keunggulannya. Kualitas luar biasa yang dimilikinya diperoleh melalui ketekunan  dalam mengembangkan pikiran. Bagi generasi muda masa kini, setidaknya harus memiliki sifat pribadi yang kuat untuk mampu menghadapi gelombang masuk budaya asing yang cenderung  menjerumuskan mereka ke dalam jurang penderitaan. Pembinaan kecerdasan yang sangat penting dalam pendidikan tinggi bagi generasi sekarang sudah  cukup menggantikan peran pikiran yang dimainkan oleh Panembahan Senopati. Kegigihan generasi muda dalam mengamalkan keyakinannya merupakan perubahan zaman yang positif, menjadikan generasi muda mampu melakukan hal-hal praktis, dan menjadi sarana mengembangkan semangat bangsa untuk mencapai tujuan.target ketahanan nasional. Semoga dapat melahirkan eladan moral bagi generasi muda saat ini.
Nilai Religius
Serat Wedhatama ditulis pada puncak agama Hindu pada tahun di Jawa sehingga ajarannya terinspirasi dari ajaran mistik. Oleh karena itu, untuk mencapai relevansi nilai-nilai keagamaan yang dikandungnya, perlu adanya improvisasi dan penerapan aliran ini pada kondisi masyarakat saat ini. Hal  ini terlihat pada Pupuh II Pangkur ayat 12. Uraian ayat ini dimaksudkan agar seseorang mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu, sehingga imannya tidak tergoyahkan dan ruhnya menjadi mulia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa kecepatan informasi, terutama melalui  media elektronik, akan menjadi sarana transformasi budaya  yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Kekuatan keyakinan yang dimiliki generasi muda akan menjadi landasan berpikir  dan bertindak untuk mewujudkan hidup  bahagia, bebas dari penderitaan lahir dan batin.
Sejarah KGPAA. Mangkunagoro IV