Ternyata, mereka sangat antusias dengan adanya kegiatan ini. gestur malu-malu ketika pertama bertemu sudah hilang dan berganti dengan kehebohan bercerita mengenai ide-ide produk yang mereka buat. Kendala dari usaha mereka adalah ketidakberanian mereka berinovasi dan cenderung membuat produk yang mainstream. Meskipun ada beberapa orang yang sudah berpengalaman mendapatkan pelatihan mengenai UMKM, tetap saja tidak maksimal dikarenakan banyak kendalanya.
Sembilan Produk Inovasi Lokal
Tiga hari berikutnya, kami menagih janji para ibu dan remaja tersebut. Kali ini bukan di Bale Desa, tapi di rumah Ibu Kepala Desa. Saat kami masih membereskan tempat, para ibu sudah datang dengan menenteng produk lokal buatan mereka dengan senyum lebar.
"Ini kami buat ada sembilan macam", ujar Ibu Kepala Desa.
Hah? Kami tercengang. Luar biasa sekali semangat para ibu dan remaja putri ini. Ternyata, selama ini mereka sudah memiliki ide mengenai pembuatan produk lokal tersebut tetapi masih tidak percaya diri. Mereka mengutarakan bahwa dengan adanya kegiatan sharing mengenai potensi produk lokal, mereka menjadi percaya diri dan semangat membuat produk.
Sembilan produk itu terdiri dari cemilan asin dan manis. Aku lupa nama-namanya, tapi yang pasti rasanya enak. Selain berinovasi dengan bentuk makanannya, mereka juga berinovasi dengan rasa. Uniknya, bumbu atau rasa yang mereka buat adalah alami dan dibuat sendiri. Misalkan ada cemilan dengan rasa coklat atau pandan, mereka membuat bumbunya sendiri jadi selain enak bumbunya juga sehat karena menggunakan bahan-bahan yang alami. Kami mencicipi satu-satu dengan perasaan bahagia dan haru melihat semangat para ibu dan remaja putri di sana.
Ketika kami akan pulang ke Surabaya, kami memesan produk-produk yang mereka buat sebagai buah tangan. Mereka sangat senang dan bersemangat membuat pesanan yang lumayan banyak ini. Uniknya, mereka berbisnis dengan saling membantu bukannya saling bersaing. Pekerjaan ini dibagi-bagi dan akan saling membantu jika ada yang kewalahan melayani pesanan. Meskipun sistemnya belum berjalan dengan baik dan packagingnya masih belum benar-benar rapi, tapi semangatnya bikin kami senang.
JNE di Pelosok Negeri
Aku mengingat pengalaman itu sambil senyum-senyum sendiri. Tak terasa, itu lebih dari satu tahun yang lalu, jadi rindu Lebetawi. Akhirnya aku menghubungi Bang Fachri, rekan yang memang tinggal disana. Senang sekali mendengar kabar bahwa kegiatan perekonomian disana melalui inovasi produk lokal ini masih berlanjut.