Mohon tunggu...
Nata
Nata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hanya senang menulis

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Kisah Kisah Ngeri: Desa Hanum dan Misteri Teror Rumah KKN

28 Juni 2024   22:26 Diperbarui: 28 Juni 2024   22:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ketika kain itu berada di tangan Rafina, keadaan di ruangan itu tiba-tiba berubah. Beberapa pemuda dan perempuan di Desa mulai berteriak-teriak histeris dengan bola matanya yang memutih. Pram dan Vanno langung meneriaki pemuda Desa yang masih memutar lagu tersebut untuk menghentikannya. Namun pemuda Desa yang berada di sekitar pengeras suara sudah tidak sadarkan diri.

Di tengah keributan yang mendesak, hanya Rafina, Vanno, Pram, Aigar, Ani, dan Ela yang masih sadar dalam kejadian tersebut. Mereka memilih untuk mengunci rumah adat dari luar dengan Vanno, Ani, dan Ela yang berjaga di luar Rumah. Sedangkan Rafina, Pram, dan Aigar menghampiri Rumah tetua adat untuk membereskan kekacauan itu. Sesampainya mereka di Rumah adat, mereka mendapati sosok yang tidak terduga sedang berbincang dengan tetua adat yaitu, pemilik Rumah KKN mereka. Tetua adat pun terkejut dengan kedatangan mereka dengan wajah yang pucat pasi.

Tetua adat yang mengetahui kekacauan yang terjadi di Rumah adat langsung datang dengan ketiga saudaranya yang juga merupakan tetua adat di Desa tersebut. Mereka datang dengan menggunakan pakaian hitam dengan sesajen dan 3 ekor ayam hitam, persis seperti yang mereka pakai dan bawa di acara penyambutan arwah leluhur. Selama tetua adat berada di dalam, Rafina dan teman-temannya yang masih sadar tidak diperbolehkan untuk masuk sebelum tetua adat keluar dari ruangan.

Setelah tetua adat masuk ke dalam. Pemilik Rumah KKN mereka mengajak mereka berbincang terkait Rumah yang mereka tinggali. Pemilik Rumah itu meminta maaf kepada mereka karena tidak menceritakan yang sebenarnya terjadi. Ia meminta maaf karena sudah membuat masa KKN mereka yang seharusnya mengasyikan dan menjadi pengalaman indah yang tak terlupakan justru menjadi pengalaman pahit yang mengerikan.

" Almarhum ayah saya adalah seorang dukun. Beliau sering melakukan praktik ilmu gelap santet dan pelet. Itu sebabnya banyak jin di Rumah itu yang menganggu kalian karena ayah saya yang sengaja memelihara mereka untuk kelancaran ilmu hitamnya. Saya sudah berusaha untuk membuat mereka berhenti menganggu kalian dengan menaruh sajen setiap malam jumat," terang pemilik Rumah tertunduk lemas.

Rafina hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasan dari pemilik Rumah mereka. Semua kejadian di Rumah itu terjadi murni akibat jin-jin jahat yang sengaja dipelihara oleh dukun itu, lalu kenapa warga desa tersebut tega membiarkan mereka yang membantu mereka untuk tinggal disitu.


" Anak kecil yang waktu itu minta bunga kantil sama kami, salah satunya pak?" tanya Aigar

" Iya, itu karena saya lupa meletakan sajen. Beberapa hari yang lalu saya lupa mengunci gudang milik almarhum ayah saya. Gudang itu berisi peralatan beserta benda-benda yang berisi milik almarhum ayah saya. Saya tidak mau kalian takut dan membuat jin-jin di Rumah itu semakin iseng menganggu kalian."

" Saya benar-benar minta maaf kepada kalian, saya tidak bermaksud untuk membuat kenangan KKN kalian hancur berantakan. Alasan saya memberikan Rumah itu kepada kalian karena saya kira hanya dengan itulah ayah saya bisa diringankan siksa kuburnya. Saya tahu ayah saya pasti akan dihukum oleh Tuhan. Itu sebabnya hanya ini kebaikan yang bisa saya lakukan untuk meringankan siksa ayah saya disana," lanjut pemilik Rumah dengan nada menyesal.

" Pak, kami menerima permintaan maaf bapak sekaligus berterima kasih karena kami sudah diberikan Rumah itu secara gratis. Ya, walaupun Rumah itu memang sedikit mengerikan pak, setiap harinya kami harus berperang melawan mereka yang bahkan kami sendiri gak bisa melihat apa yang kami lawan. Tapi, berkat bapak kami jadi mengerti makna perlindungan Tuhan yang sesunguhnya pak," terang Pram dengan tenang.

" Kami juga belajar untuk mengerti dan memahami satu sama lain, pak. Kami jadi sadar kalo selama ini kami para mahasiswa selalu menganggap kami bisa menyelesaikan masalah sendiri, tapi ternyata menyelesaikan masalah dengan pandangan yang berbeda-beda itu membuat kami dengan cepat keluar dari permasalahan itu pak," ujar Ani menimpali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun