" Rumah yang gak pernah disalatkan dan dibacakan ayat Al-Quran kayak gini kalian berharapnya bakalan dilindungin malaikat? Jangankan dilindungin, malaikat aja gak mau masuknya. Jin di Rumah ini pada senang lihat kalian kayak gini, coba diubah kebiasaan jelek kalian, apalagi berbicara kasar di tempat asing kayak gini," Â terang Vanno menasehati.
Setelah kedatangan Vanno ke Rumah KKNnya, Rafina mulai memperbaiki ibadahnya dengan baik. Teman-temannya pun mulai berhati-hati dalam berucap, baik di dalam Desa maupun di luar Desa. Meskipun masih ada beberapa kejadian seperti penghuni Rumah yang menyerupai teman satu kelompok Rafina, namun gangguannya sudah mulai berkurang.
Beberapa minggu pun dilewati kelompok Rafina dengan banyak rintangan. Beberapa program kerja mereka tidak dapat dilaksanakan karena beberapa alasan yang tidak bisa diceritakan. Acara penyambutan leluhur Desa pun masib terus diadakan, Rafina sudah terbiasa melihat tetua adat yang menari dengan sosok kera putih di dalamnya yang selalu tersenyum menatap Rafina.
Hingga suatu malam Rafina terbangun dari tidurnya karena kehausan di malam hari. Ia berjalan sendirian menuju Dapur dan mendapati pintu gudang yang biasa dikunci oleh anak pemilik Rumah terbuka. Saat hendak mendatangi ruangan itu, langkah Rafina terhenti karena ketukan pintu depan yang terdengar cukup keras. Perempuan itu membalikkan badan dan kembali ke luar ruangan untuk membukakan pintu. Ketukan pintu yang keras itu tidak hanya terdengar oleh Rafina, namun juga Aigar yang tampak lemas berjalan ke arah itu.
Rafina yang penasaran juga mulai menghampiri pintu bersama dengan Ela yang ternyata belum tidur di malam itu. Ketika pintu terbuka, mereka terkejut melihat 2 anak kecil yang tersenyum riang ke arah mereka. Rafina heran kenapa kedua orang tua mereka membiarkan 2 anak kecil ini berkeliaran di malam hari.
" Permisi kak, saya mau tanya disini ada bunga kantil?" tanya salah satu anak sambil tersenyum.
Rafina, Aigar, dan Ela saling berpandangan satu sama lain. Mereka hanya menggeleng pelan dan kedua anak itu pun langsung pergi dari perkarangan Rumah mereka. Aigar menutup pintu dengan perlahan dan langsung terduduk di kursi ruang tamu. Ela pun hanya diam dengan tatapan kosong menatap lurus ke depan.
" Itu cuman anak kecil iseng, kalian ini semua-semua ditakutin!" ucap Rafina mencairkan suasana.
" Lo gak sadar apa pura-pura gak sadar si, Na. Mana ada orang tua yang ngebiarin anak kecil jam 2 malam berkeliaran dan bawa motor sendiri." Jawab Aigar perlahan
Rafina ikut terdiam, dia teringat kejadian yang ada di Dapur dan segera berlari kencang ke arah Dapur. Ela dan Aigar yang melihat Rafina berlari seperti orang kesetanan berteriak memanggil Rafina sambil ikut berlari mengejar perempuan itu. Rafina tidak perduli apa yang dipikirkan anak pemilik Rumah itu jika ia membuka paksa gudang itu, tapi gudang itu harus dibuka paksa. Rafina harus tau apa yang sebenarnya terjadi di Rumah itu.
Sesuai dugaan Rafina, pintu gudang itu kembali tergembok. Rafina mengambil batu yang besar dari belakang dan mulai menghancurkan gembok itu dengan batu dengan kuat. Aigar dan Ela yang melihat kejadian itu langsung menahan tangan Rafina untuk melakukannya, mereka iba melihat tangan perempuan itu yang lecet akibat hentakan batu ke tangan kecilnya berkali-kali.