Mohon tunggu...
Okky Oktora
Okky Oktora Mohon Tunggu... wiraswasta -

Terlahir dari keluarga yang kurang harmonis, mendidik hidup menjadi dewasa sebelum waktunya, tidak ada kasih sayang dan hidup tidak boleh manja. secara tidak langsung jiwa kecil merekam semua alur jalan hidup yang dialami selama ini, dan mencoba menuangkannya dalam bait-bait tulisan... tinta merah kehidupan...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Janji Cinta Bapak

15 Agustus 2015   15:28 Diperbarui: 15 Agustus 2015   15:28 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“3 tahun tanpa tahu tentang dirimu, adalah hal yang paling berat aku jalankan, dan keputusanku sudah bulat, kali ini aku sudah berjanji pada ibuku dan pada seluruh anggota keluargaku bahwa aku akan tetap melajang dan menunggumu dengan harapan bisa bersanding denganmu walau sebentar disisa hidup nanti, gelombang penolakan berasa berat aku rasakan, semua hampir tidak setuju dengan keputusan yang aku ambil, tetapi ini adalah jalan hidupku, kuambil semua tabungan yang awalnya kupersiapkan untuk melamar dan untuk menikahimu itu dan dari tabungan itu kumulai membuka usaha kecilku sendiri, dan kini umurku hampir tepat diangka 30, aku harus segera memiliki penerus, maka berangkatlah aku kerumah sakit untuk mencari seorang bayi, bayi perempuan yang akan aku adopsi dan aku besarkan dan kudidik untuk menjadi seperti dirimu, tetapi yang lebih punya hati, walau kutau semua menganggap aku gila dengan jalan yang aku ambil tetapi aku tetap yakin ini keputusan yang tepat, akhirnya bayi itu aku dapat, seorang bayi perempuan yang masih merah itu berasal dari keluarga tidak mampu yang bapaknya telah meninggal saat bayi itu masih didalam kandungan, serta ibu yang meninggal karena pendarahan saat persalinan, bayi cantik itu aku namakan Elvita, persis seperti namamu, agar hidupku kembali terisi dengan semangat yang dulu pernah ada, dua tahun mengurus usaha yang baru kurintis serta menjadi seorang orang tua tunggal begitu berat, sampai akhirnya Allah membukakan jalan dan anak ini membawa berkah dalam keluarga ini, ibu yang awalnya menolak keras perlahan mulai melunak dan mau tinggal bersama dengan keluarga kecilku, dan akhirnya anak ini tumbuh besar dan cantik, sama sepertimu, kini benar-benar aku seperti melihatmu lagi, tetapi aku sampai saat ini belum tau apa kabar tentangmu, bahagiakah kamu, anak ini selalu bertanya padaku dimana ibu, dalam hatiku terenyuh, ingin aku datang padamu dan mengajakmu menikah lalu kukatakan padaanak ini, nak inilah ibu, tapi sepertinya itu adalah ketidak mungkinan, dan anak ini terus tumbuh dewasa, kini dia sekolah ditempatmu sekolah dahulu, tempat dimana aku dan kamu bertemu dihalte bis kampus itu, aku terkadang lama duduk dihalte itu hanya ingin mengingat masa itu, dan kini aku harus jujur, aku bangga telah menjadi diriku yang hampir bisa membuktikan janji ini padamu, semoga kelak engkau benar-benar tau bahwa cinta itu bisa mengalahkan segalanya, hidupku sudah terasa lengkap tetapi lebih lengkap jika engkau masih mau membuka diri untukku, walau mungkin tidak akan pernah terjadi karena engkau juga disana mungkin telah mengarungi kehidupan baru, semoga kita bertemu dialam keabadian.”

***

Dan akhirnya aku kini benar-benar tumpah dalam keharuanku, betapa dia sosok laki-laki yang kukenal begitu luar biasa bukanlah Bapak kandungku, tetapi sungguh aku tidak pernah menyesal untuk itu, aku malah merasa semakin berdosa belum sempat bisa memberikan yang terbaik untuk Bapak, laki-laki ini begitu sempurna dimataku kenapa harus mendapatkan perlakuan seburuk itu dihidupnya, apapun yang Bapak lakukan tetap aku bangga sebagai anak adopsinya, mungkin tanpa Bapak, aku telah mati bersama kedua orang tuaku berpuluh tahun yang lalu, masih ada beberapa lembar kertas lagi didalam box, kuambil perlahan ternyata itu adalah sebuah alamat, ada dua alamat yang satu adalah alamat rumah di Jawa Timur sedang yang lainnya adalah alamat kos, setelah aku cermati dan ternyata yah alamat kos itu adalah yang kini aku tempati selama kuliah di Bogor, ya Tuhan Bapak ternyata begitu dalam mengharapkan wanita itu, sampai-sampai setiap kenangannya tak ingin terhapus sama sekali, aku bangun dari dudukku dan kuambil Handphone yang tadi sempat low, ternyata kini sudah hampir penuh, kucoba menyalakan dan kubuka perlahan dalam kotak pesan masuknya, ternyata disitu terdapat semua sms yang wanita itu kirimkan pada Bapak, dari isi sms yang aku baca memang sepertinya Bapak dan wanita itu sudah begitu dekat, sehingga mereka mempunyai nama panggilan sendiri nama itu adalah Djoub, otakku berputar dan akhirnya membentur sesuatu yah Djoub, bengkel Bapak dinamai dengan nama EDJ DJOUB, ternyata Djoub jika dianalisa secara cermat adalah alphabet yang terbaca cinta, ya Bapak dan wanita itu memang pernah saling mencintai, dan Bapak adalah laki-laki paling setia yang menjaga cintanya yang aku tau, teladan Bapak tidak akan pernah hilang, dan wanita dalam foto itu harus tahu tentang semua ini, mungkin dengan begitu Bapak akan semakin tenang disana, karena janjinya telah benar-benar ditepatinya, dan aku sendiri merasa penasaran terhadap wanita yang ternyata senior sealmamater denganku, ternyata inilah yang mendorong Bapak ingin menguliahkanku di Bogor.

Nomor Handphone yang terdapat di Handphone Bapak sudah tidak dapat aku hubungi, dan aku rasanya ingin segera kembali ke Bogor untuk segera mencari tahu, bertemu dan memberikan box ini pada wanita pujaan Bapak waktu dahulu itu, segera kurapihkan kembali isi didalam box biru tua itu karena kini pintu kamar terdengar terketuk dari luar dan beberapa kali suara Eyang Puteri terdengar memanggilku, setengah terburu-buru aku simpan box itu dibawah meja dan kurapihkan wajahku agar tidak terlihat sembab, tapi tetap saja saat pintu kubuka aku tidak kuasa menahan haru dan langsung kupeluk tubuh Eyang Puteri, dan menumpahkan kembali tangisku disitu, inilah wanita terhebat yang kutahu, sungguh ini jadi hari yang luar biasa didalam hidupku, terima kasih Tuhan.

 

SELESAI

Dibatas pulau jawa, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun