Mohon tunggu...
Okke RisviraPutri
Okke RisviraPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Jember

Hallo, saya adalah mahasiswa aktif jurusan sastra. Hobi saya berkaitan dengan seni, saya suka beberapa topik yang berkaitan dengan budaya. Enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerakan Feminisme Hanya Tren Ikut-ikutan?

28 Juli 2023   08:13 Diperbarui: 28 Juli 2023   08:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin kita ganti pertanyaan tersebut,

Apakah kita sebagai generasi muda dan milenial bisa mengatasinya?

Jawabannya, bisa!

Perubahan besar berawal dari hal-hal kecil yang baik. Karya sastra seperti cerpen, puisi, prosa dan lain sebagainya bisa kita publikasikan dengan baik melalui media sosial. Kendati demikian, remaja dan generasi milenial lebih suka menghabiskan waktu dengan gadget daripada membaca buku. Bukankah dengan begitu semua hal saat ini bisa diakses dengan mudah?

Tergantung bagaimana cara kita mengemas hal-hal tersebut menjadi sebuah inspirasi untuk mengembalikan citra baik gerakan feminisme. Bukan hanya wanita, pria juga bisa ikut andil dalam menyuarakan sesama keadilan dalam gender. Menjadi penulis yang bijak adalah syarat agar kita bisa diterima masyarakat banyak, terlebih lagi kesetaraan pada pria dan wanita.

Dengan saling bertukar pendapat dan ide, maka akan muncul konteks baru yang kita sendiri tidak akan mampu menebak seperti apa ide-ide tersebut. Melalui pembuatan konten dan unggahan yang mendidik, gerakan feminisme harus bisa berfokus pada usaha untuk meningkatkan kesadaran tentang keadaan wanita. Tegaskan dengan lantang bahwa gerakan feminisme bukan hanya sekedar tren.

Menciptakan sebuah karya yang baik juga harus memperhatikan aspek-aspek tertentu agar tidak semakin menimbulkan kesalahpahaman. Karya tersebut tidak harus menyindir atau bahkan mendiskriminasi gender tertentu, sebab kesetaraan bukan hanya sebatas perang tempur antara pria dan wanita.

Jangan jadikan feminisme sebagai penghilang status maskulinitas pada pria. Jadikan feminisme sebagai langkah awal bahwa pria juga perlu paham kesan maskulin dan patriarki bukanlah bentuk penindasan untuk kaum wanita. Pria perlu menyadari dengan mendukung feminisme,, mereka akan terbebas dari bayang-bayang patriarki.

Bagai siang dan malam, pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi. Bukankah lebih baik jika kita bisa hidup berdampingan dengan bersejuk hati?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun