Mohon tunggu...
Okina Fitriani
Okina Fitriani Mohon Tunggu... -

http://okinafitriani.com/about/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pusing Menghadapi Tantrum, Whining dan Fussing? Di Sini Ada Solusi Penting

12 Juni 2014   00:11 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:10 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pertanyaan mengenai bagaimana cara mengatasi anak mengamuk, ngambeg, ngesot-ngesot di pusat perbelanjaan, memukul atau mencakar bak kucing terinjak ekornya menjadi pertanyaan sepanjang masa para mommies and daddies baik di kelas training saya maupun di sela-sela pertemuan informal. Secara terminologi seringkali disebut dengan istilah tantrum, whining dan fussing menurut derajat kehebohannya dari yang paling heboh hingga paling ringan, tetapi dalam artikel ini saya menggunakan istilah tantrum untuk mewakili baik the real tantrum ataupun sebatas whining dan fussing sekaligus sekedar agar artikel ini tidak menjadi terlalu panjang. Jika di kelas maupun dalam pertemuan informal karena waktu yang sempit saya tidak sempat menjelaskan secara runut dan gamblang. Mudah-mudahan dari artikel ini memberi gambaran yang lebih jelas dan memudahkan pembaca untuk memahami dan mencegah terjadinya tantrum.

Kemampuan dan kejelian anda MENCEGAH terjadinya tantrum jauuuh lebih penting daripada mengatasi tantrum. Mengapa mencegah sangat penting? Karena jika respon anda terhadap first tantrum tidak tepat, anda akan terjebak pada periode-periode tantrum yang lain. Mengapa demikian? Karena pada saat tantrum, anak berada dalam kondisi emosi yang kuat (peak emotion) dan peak emotion merupakan gerbang tertanamnya keyakinan (belief) ke bawah sadar alias gerbang terbentuknya anchor bawah sadar.

Secara umum, ada 4 jenis kelompok besar penyebab tantrum :

1. FRUSTRASI

Arti sederhana dari Frustrasi adalah perasaan kecewa karena terhalang dari tercapainya tujuan. Mungkin anda akan berkomentar begini "Idiiih... masa sih cuma permen loli kecil aja bikin frustrasi..!" :D.. Tentu saja pengalaman hidupnya yang sederhana belum mengenal frustrasi ala orang dewasa seperti misalnya frustrasi karena sudah bertahun-tahun ingin langsing namun tak kunjung berhasil atau proposal pernikahan ditolak oleh pujaan hati. Meskipun secara kompleksitas berbeda, tetapi reaksi frustrasinya kurang lebih sama, yaitu seperti yang sedang trend di model penulisan dunia maya *jedot2intembok atau *garuk2dinding :D, apalagi dunia anak belum mengenal norma sosial pantas dan tidak pantas. Frustrasi yang dialami anak-anak, bisa dikelompokkan lagi dalam tiga kategori sebab yaitu :




    • Pertahanan fisik (Physical Endurance) yang melemah.

Lapar, lelah, dan mengantuk adalah penyebab paling dasar dan paling umum pada kasus tantrum. Maka mommies and daddies, pliss deh... jangan semangat-semangat amat ngubek-ubek mall, menyeret balita anda dan menyuruhnya menunggu anda mematut-matut baju, tawar sana-tawar sini, berkeliling dari satu butik ke butik lain yang jauhnya melebihi tiga kali lapangan bola, apalagi pada jam-jam biasanya dia tidur atau bermain.




    • Pertahanan Psikologis (Psycholoical Endurance) yang melemah

Bosan, tegang, tertekan adalah serangan psikologis yang dialami anak sehingga akhirnya dilepaskan dalam bentuk tantrum. Mari pahami bagaimana rasanya bagi anak usia balita diajak duduk manis berjam-jam di acara pengajian, perjalanan darat atau udara tanpa kegiatan yang bervariasi? Atau menunggu anda yang sibuk di depan computer atau mengerjakan pekerjaan rumah tanpa batas waktu yang jelas sementara dia sudah penasaran ingin bermain dengan anda. Tidak jarang saya mendengar bantahan seperti ini : “Ahh… masa gitu aja ngga bisa sabar dan mengerti, saya saja kalau dia sakit juga ngga tidur dan sabar menungguinya..” Gubrak… Helloww… kita sedang membicarakan kemampuan pengendalian psikologis pada anak-anak lho ya… :D




    • Tidak siap menghadapi stimulus dan penolakan

Kadangkala pada saat anda mengajak anak ke suatu pusat perbelanjaan, tiba-tiba dia melihat benda yang sangat menarik perhatiannya sehingga ingin memilikinya atau melihat kolam air dan ingin segera nyemplung ke dalamnya. Serangan keinginan yang mendadak ini menjadi dorongan yang kuat dan saat dilarang atau mendengar penolakan dari anda, maka ada hempasan dalam dirinya. Kurang lebih miriplah seperti ketika anda “ngebet” terhadap sesuatu dan ternyata… kwok..kwok.. gagal mendapatkannya, padahal tidak ada tanda-tanda bahwa anda akan ditolak. Untuk yang satu ini, kuncinya adalah kesiapan. Mengenai kesiapan ini yang akan dibahas lebih lanjut di bagian pencegahan.

2. UNTUK MENDAPATKAN PERHATIAN SEGERA

Anak-anak memerlukan perhatian seperti tumbuhan memerlukan air dan sinar matahari. Anak yang cukup mendapat perhatian atas hal-hal baik yang dilakukannya akan tumbuh menjadi anak yang mampu menghargai orang lain, percaya diri dan tangguh melangkah ke depan. Penelitian-penelitian mengenai ini pernah dirangkum oleh Alvin Powell (1998) dan dipublikasikan di Harvard Gazette.

Mari kita hitung dalam satu minggu, berapa jam anak bersikap ceria, netral dan tantrum? Katakanlah anak mengalami periode tantrum setiap hari, 2 jam dalam sehari (meskipun sangat jarang yang seekstrim ini) artinya hanya 8% saja dari seluruh waktu hidupnya dia berada dalam periode tantrum. Lalu sisanya yang 92%, apakah anak mendapatkan PUJIAN karena bersikap netral bahkan ceria? Mungkin anda baru menyadari bahwa perhatian orangtua kadang tersedot pada kejadian negative saja dan menganggap kejadian netral bahkan positif sebagai sesuatu yang “sudah seharusnya begitu”. Maka jika anda baru memberi perhatian dan heboh pada saat anak tantrum, tidak heran bahwa tantrum dijadikan senjata ampuh untuk mendapatkan perhatian dengan SEGERA alias an instant ticket to get attention.

Oleh karena itu, sering-seringlah mengapresiasi anak ketika ia bersikap netral dan manis, baik berupa pujian, senyuman, pelukan, elusan, bermain bersama, bonus membacakan cerita dan hal-hal lain yang disukai anak. Catch them doing good! Begitulah kira-kira. Jika anak sering rewel sekedar untuk mendapatkan perhatian, maka artinya anda memang jarang menunjukkan kasih sayang saat dia manis atau bersikap netral!.. (pakai tanda seru dong, biar mak jleb)

3. KARENA CARA INI SELALU BERHASIL

Sebagai mahkluk yang memiliki kehendak, adalah wajar jika anak mempunyai keinginan. Entah karena kurang dilatih meminta dengan cara yang baik, frustrasi atau sekedar coba-coba setelah mengamati lingkungan, anak bisa memilih cara merengek, meraung dan sejenisnya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Jika pada percobaan pertama (first attempt), cara ini berhasil, maka bawah sadar anak akan merekam. Meskipun ketika di kemudian hari anda sadar bahwa anda keliru bersikap dan tidak memberikan pada kesempatan berikutnya, ada kemungkinan anak akan mencobanya berulang-ulang hingga batas pertahanan anda. Anak-anak mempunyai persistensi yang luar biasa. Anda tentu ingat bagaimana anak-anak belajar berjalan, meski jatuh bangun mereka tidak putus asa. Penyebab tantrum jenis ini bukanlah tantrum spontan, tetapi tantrum hasil belajar yang kemudian menjadi kompetensi bawah sadar (unconscious competent)

Tantrum jenis ketiga ini adalah bentuk kecerdasan anak mengamati situasi. Jika anda adalah tipe yang akan melakukan apa saja agar anak berhenti tantrum, entah karena tidak tahan berisiknya atau malu dilihat orang, maka anak akan menjadikan kegiatan ini sebagai senjata pamungkas untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. It sounds tricky, tetapi sesungguhnya ini adalah kecerdasan di level instingtif.

4. GANGGUAN PERKEMBANGAN ATAU GANGGUAN PSIKOTIK

Tantrum pada anak-anak dengan gangguan perkembangan seperti autism (berbagai spectrum), ADHD, MR hingga gangguan psikotik seperti schizophrenia mempunyai karakteristik yang agak berbeda. Tantrum jenis ini perlu dibahas terpisah karena penanganannya lebih spesifik. Menurut pernyataan Joshi & Towbin yang dipublikasikan dalam publikasi resmi American College of Neuropsychopharmacology berjudul Neuropsychopharmacology: The Fifth Generation of Progress, kemungkinan terjadinya gangguan psikotik pada anak dibawah usia remaja hanyalah 1 dari 100,000 kejadian.

Seperti yang sudah saya tekankan di awal artikel ini bahwa MENCEGAH jauh lebih penting dan lebih baik daripada menangani tantrum. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar agar anda tidak perlu berurusan dengan tantrum sepanjang karir parenting anda.

1. PAHAMI DUNIA ANAK (Rapport)

Orang tua seharusnya adalah orang yang paling tahu mengenai segala sesuatu mengenai anaknya, meliputi kebiasaan, jadwal, karakter, hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukainya. Anak yang merasa dipahami akan lebih terbuka untuk mendengarkan dan melakukan apa yang anda katakan. Memahami dunia anak sama artinya dengan membangun kepercayaan (trust) pada diri anak bahwa anda mengerti dia. Mari kita fahami dulu bahwa anak-anak mempunyai peta mental yang sederhana, respon yang dia berikan atas suatu keadaan adalah respon yang paling efektif menurut kondisi dan sumberdaya internal yang dimilikinya pada saat itu.

Contoh: Anak anda sedang asyik bermain mobil-mobilan. Jam menunjukkan pukul 5 petang dan tiba-tiba anda ingat bahwa anda belum memandikannya sedangkan sebentar lagi anda harus menyiapkan makan malam. Kemudian dengan serta merta anda menyuruhnya berhenti, “Sudah, mainnya, ayo mandi, sudah jam 5 nih, sebentar lagi mama harus menyiapkan makan untuk ayah.” Ketika reaksi spontan anak adalah menolak karena terganggu, anda menjadi marah dan suara anda meninggi atau ekspresi anda berubah. Anak kemudian takut atau tertekan. lalu  membanting mobil-mobilannya dan terjadilah adegan ngesot menangis di lantai. Lalu anda semakin marah dan menyebutnya tidak mengerti kerepotan anda. Sebetulnya ini siapa sedang tidak mengerti siapa?

Akan lain responnya jika skenarionya demikian. Ketika anda sadar sudah pukul 5, maka akan lebih baik jika anda datang dan bertanya, Wah adik sedang main mobil-mobilan ya sayang? Mama ikutan dong, ngeeeng ngeeeng…  ciiit… si Lamborghini ketemu dengan si VW, VW-nya minggir, lho kenapa? Oh… lambhorghini bau aceeem (sambil anda endus-endus mobilnya). Kira-kira kenapa ya sayang? Lamborghini belum mandi ma.. Hahahaha… pinter banget.. tebakannya betul, Lamborghini diajak mandi dulu yuk, pamit dulu sama VW, aku mandi dulu ya VW, ngga lama kok, cuma 10 menit, nanti kita lomba lagi ya, kalau udah wangi pasti kamu suka main sama aku. Ayo siapa lebih cepat masuk kamar mandi, lamborgini atau adik… ngeeeng…

Mungkin skenario dua perlu ekstra 5 menit untuk berkomunikasi, tetapi silahkan bandingkan dengan waktu tunggu selesai tantrum plus energi anda yang terkuras untuk mengatasi tantrum ditambah lagi mood anda yang menjadi buruk karena kesal. Pilih mana?

Prinsip rapport sederhana yang seringkali dilupakan adalah berbicara dengan mata sejajar dengan tinggi mata anak dengan posisi berlutut ketika berkomunikasi dengan anak, bukan menyuruh dengan sambil lalu atau berteriak dari dapur. Tunjukkan respect anda pada anak agar ia belajar menghargai orang lain.

Ajarkan anak meminta dengan cara yang baik SEBELUM tantrum terlanjur terjadi, berikan contoh cara yang “baik” menurut definisi anda, lakukan simulasi beberapa kali dan berikan pujian jika dia berhasil melakukannya. Mengajarkan anak meminta dengan cara yang anda sepakati ini sudah bisa diajarkan sejak anak mulai bisa berkomunikasi (+/ usia 1 tahun). Pada tahap awal tentu bukan berupa kalimat lengkap seperti, “Ayah, tolong ambilkan mainanku yang di atas meja itu ya”... :D, tapi bertahap dengan cara menunjuk, menyebut dengan istilah sederhana, hingga dengan kalimat sopan sesuai dengan tahap perkembangannya. Ini adalah strategi pencegahan terbaik pada kasus tantrum jenis ketiga yang disebutkan di atas.

2. FOKUS PADA TUJUAN

Hiduplah dengan perencanaan, setiap kegiatan harus mempunyai tujuan. Atur waktu sedemikian dan buatlah persiapan dengan tidak tergesa-gesa sehingga mood anda dan anak sama-sama dalam keadaan rileks. Sepakati do and don’t sebelum berangkat dan persiapkan kondisi mental anak jika harus bertemu dengan kondisi-kondisi yang mungkin tidak disukainya. Saya suka menggunakan istilah ini : Hiduplah dengan tuma’ninah, karena hidup itu sejatinya rangkaian ibadah demi ibadah.

Berikut ini ada beberapa contoh cara mempersiapkan anak untuk mengelola pengharapannya (managing their expectation). Sangat efectif terutama untuk mencegah trantru yang disebabkan karena ketidaksiapan menghadapi stimulus dan penolakan.

Anda akan mengajak anak belanja :

“Sayang.. nanti jam 9 mama ajak kakak belanja ya, mama perlu membeli sayuran, nanti kakak bantu mama memasukkan sayuran yang sudah mama pilih ke trolley ya. Kakak nanti boleh memilih 1 buah permen lollipop sebagai hadiah sudah membantu mama dengan sabar saat kita membayar di kasir. Kita tidak membeli mainan hari ini, saat kita melewati rak mainan, kakak sudah tahu bahwa hari ini kita tidak membeli mainan. Apakah kakak mengerti dan setuju?”

Anda akan mengajak anak anda terbang :

Persiapkan paling tidak beberapa hari sebelumnya tentang pentingnya memasang sabuk pengaman di pesawat. Lakukan simulasi sambil bermain.

“Sayang, apakah abang tahu apa gunanya sabuk pengaman? Sabuk pengaman itu gunanya menjaga kita dari bahaya cedera jika tiba-tiba kendaraan yang kita tumpangi harus berhenti atau ada hentakan. Sini papa beri contoh. (Pangku anak anda dalam posisi duduk) Nah.. jika abang sedang duduk begini lalu tiba-tiba kendaraan yang kita tumpangi berhenti, maka… (luruskan kaki atau dorong pelan sehingga tubuhnya merosot ke depan dan tangkap dengan tangan melingkar seperti sabuk pengaman) hap!.. sabuk pengaman menahan tubuhmu dari terhempas ke depan. Kira-kira kalau abang terhempas ke depan apa yang terjadi ya?.. (Kepala benjol, hidung mlenyet, berdarah dll dll, biarkan dia bereksplorasi dengan jawabannya).. Pintar anak papa… Kalau begitu kita bilang terimakasih pada sabuk pengaman yuk… (tepuk-tepukkan tangan anak ke tangan anda) Terimakasih sabuk pengaman. Kamu temanku…” (Lakukan beberapa hari dengan berbagai cara yang kreatif ya, kalau saya contohkan semua nanti artikel ini jadi buku deh..:)). Lalu buat kesepakatan seperti contoh pertama. Voilaa….. Anda siap terbang dengan tenang sekaligus menumbuhkan kesadaran keselamatan berkendara.

3. ASAH KETAJAMAN DAN SENSITIFITAS INDERA (sensory acuity)

Ketika anda sudah memahami prinsip pertama yaitu memahami dunia anak, tentu anda mengerti tanda-tanda kelelahan, mengantuk, lapar, bosan dan perasaan tidak nyaman yang lain. Kecepatan anda menanggapi tanda-tanda ini akan menyelamatkan anda dari kerepotan yang panjang untuk menyelesaikan tantrum. Jadi ortu jangan selfie or enjoy sendiri, dan meminta seorang balita untuk memahami kerepotan anda. Jika anak sudah tampak bosan melihat anda ngobrol berkepanjangan dengan teman anda, berhentilah dan beri perhatian padanya. Anak yang dibesarkan oleh ayah dan ibu yang cepat tanggap terhadap tanda-tanda ketidaknyamanan akan tumbuh menjadi anak yang juga tanggap terhadap ketidaknyamanan anda. Jadilah teladan dan bersiaplah meleleh ketika nanti anak anda dengan manis berkata “Mama kok kelihatan lelah, sini aku pijitin.. atau Papa haus ya? Aku ambilin minum ya?” Sebaliknya jika anda terbiasa abai, maka anak juga akan menjadi selfish dan semakin sering menuntut perhatian.

Dalam berbagai buku dan artikel mengenai gangguan perkembangan, ketajaman indera ini juga sangat bermanfaat mencegah tantrum yang mengikuti gangguan perkembangan. Berlatihlah sesering mungkin. Repot? Tentu, jadi orang tua memang repot dan bukankan do’a anak-anak anda adalah salah satu dari sedikit amal yang tidak terputus setelah anda meninggal? Wajar bukan jika anda berinvestasi waktu dan tenaga sejak sekarang?

4. FLEKSIBEL DALAM BERTINDAK (behavior flexibility)

Fleksibel dalam bertindak bukan berarti inconsistent atau boleh mengabaikan keselamatan, tetapi biasakan berpikir kreatif mencari alternatiif dan lentur menyesuaikan situasi.

Contoh sederhana dari sikap fleksibel adalah, jika anda baru saja mengajak anak bepergian hingga cukup larut dan anak sudah sangat lelah dan mengantuk, tentu anda tidak perlu sibuk dengan disiplin sebelum tidur anda seperti mandi dan menggosok gigi. Cukup basuh sisa-sisa kue dan makanan manis dari giginya dengan handuk hangat basah. Begitu pula dengan tangan dan kakinya bila perlu. Tetapi tentu tidak bijaksana jika anda sering mengajaknya bepergian hingga melewati waktu-waktu rutinnya. Contoh lain adalah saat anda melakukan perjalanan, anda tentu tidak harus mengikuti prosedur 4 sehat 5 sempurna terhadap makanan yang dikonsumsinya selama perjalanan.  Apakah anda menyadari buah yang sudah dikupas di rumah dan tersimpan 2-3 jam di tas rasanya sudah tidak seenak buah segar yang baru saja dikupas? Ganti jadwal makan buahnya dengan segelas kecil jus segar.

Membiasakan memberi pilihan juga akan membentuk sifat fleksibel pada anda sehingga anak juga tidak mudah frustrasi ketika menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan kebiasaannya. “Adik mau sarapan roti atau sereal? Mau pakai kemeja atau t-shirt? Mau bawa teddy atau superman untuk menemanimu di mobil?

Meskipun kemampuan bersikap fleksibel adalah baik tetapi jika anda memberi value yang tinggi terhadap disiplin dan rutinitas, sebaiknya anda menahan diri untuk menunda keinginan-keinginan anda melakukan hal-hal yang mengganggu rutinitas anak. Melakukan perjalanan panjang ke luar negri atau ke beberapa kota dengan membawa anak dibawah usia 5 tahun atau membawa anak di bawah usia 3 tahun ke amusement park bukanlah pilihan bijak. Anak belum bisa menikmati dan tidak banyak pengetahuan yang terserap. Menggelar tikar di depan rumah sambil mengamati bentuk awan, menghitung jumlah daun yang menguning atau mengintip kupu-kupu dan serangga di sela-sela bunga, adalah aktifitas yang jauh lebih bermanfaat dan menenangkan untuk balita anda. Akan lebih efektif dan bermanfaat jika anda mengajak anak mengunjungi negara-negara atau museum-museum pada saat dia sudah mengenal cerita bersejarah, tokoh-tokoh penting, ataupun pelajaran geografi.

Laluu... bagaimana kalau sudah terlanjur kejadian? Tegur dulu diri sendiri :) Supaya objek kekesalan anda berpindah dari anak menjadi penyesalan diri. Baru kemudian ubah pola asuh anda mengikuti empat cara diatas. Pahami bahwa kompetensi yang sudah tertanan di bawah sadar memerlukan waktu untuk diruntuhkan dan diganti dengan kompetensi baru, dan mulai sadari seberapa cepat kebiasaan itu menghilang bersamaan berbanding lurus dengan usaha yang anda curahkan.

Ingin mengasuh anak tanpa rusuh? Tingkatkan kemampuan parenting anda dengan empat pilar penting ini..

Artikel lain ada di : http://okinafitriani.com/category/parenting/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun