Contoh sederhana dari sikap fleksibel adalah, jika anda baru saja mengajak anak bepergian hingga cukup larut dan anak sudah sangat lelah dan mengantuk, tentu anda tidak perlu sibuk dengan disiplin sebelum tidur anda seperti mandi dan menggosok gigi. Cukup basuh sisa-sisa kue dan makanan manis dari giginya dengan handuk hangat basah. Begitu pula dengan tangan dan kakinya bila perlu. Tetapi tentu tidak bijaksana jika anda sering mengajaknya bepergian hingga melewati waktu-waktu rutinnya. Contoh lain adalah saat anda melakukan perjalanan, anda tentu tidak harus mengikuti prosedur 4 sehat 5 sempurna terhadap makanan yang dikonsumsinya selama perjalanan. Â Apakah anda menyadari buah yang sudah dikupas di rumah dan tersimpan 2-3 jam di tas rasanya sudah tidak seenak buah segar yang baru saja dikupas? Ganti jadwal makan buahnya dengan segelas kecil jus segar.
Membiasakan memberi pilihan juga akan membentuk sifat fleksibel pada anda sehingga anak juga tidak mudah frustrasi ketika menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan kebiasaannya. “Adik mau sarapan roti atau sereal? Mau pakai kemeja atau t-shirt? Mau bawa teddy atau superman untuk menemanimu di mobil?
Meskipun kemampuan bersikap fleksibel adalah baik tetapi jika anda memberi value yang tinggi terhadap disiplin dan rutinitas, sebaiknya anda menahan diri untuk menunda keinginan-keinginan anda melakukan hal-hal yang mengganggu rutinitas anak. Melakukan perjalanan panjang ke luar negri atau ke beberapa kota dengan membawa anak dibawah usia 5 tahun atau membawa anak di bawah usia 3 tahun ke amusement park bukanlah pilihan bijak. Anak belum bisa menikmati dan tidak banyak pengetahuan yang terserap. Menggelar tikar di depan rumah sambil mengamati bentuk awan, menghitung jumlah daun yang menguning atau mengintip kupu-kupu dan serangga di sela-sela bunga, adalah aktifitas yang jauh lebih bermanfaat dan menenangkan untuk balita anda. Akan lebih efektif dan bermanfaat jika anda mengajak anak mengunjungi negara-negara atau museum-museum pada saat dia sudah mengenal cerita bersejarah, tokoh-tokoh penting, ataupun pelajaran geografi.
Laluu... bagaimana kalau sudah terlanjur kejadian? Tegur dulu diri sendiri :) Supaya objek kekesalan anda berpindah dari anak menjadi penyesalan diri. Baru kemudian ubah pola asuh anda mengikuti empat cara diatas. Pahami bahwa kompetensi yang sudah tertanan di bawah sadar memerlukan waktu untuk diruntuhkan dan diganti dengan kompetensi baru, dan mulai sadari seberapa cepat kebiasaan itu menghilang bersamaan berbanding lurus dengan usaha yang anda curahkan.
Ingin mengasuh anak tanpa rusuh? Tingkatkan kemampuan parenting anda dengan empat pilar penting ini..
Artikel lain ada di : http://okinafitriani.com/category/parenting/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H