Mohon tunggu...
Okina Fitriani
Okina Fitriani Mohon Tunggu... -

http://okinafitriani.com/about/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pusing Menghadapi Tantrum, Whining dan Fussing? Di Sini Ada Solusi Penting

12 Juni 2014   00:11 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:10 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantrum pada anak-anak dengan gangguan perkembangan seperti autism (berbagai spectrum), ADHD, MR hingga gangguan psikotik seperti schizophrenia mempunyai karakteristik yang agak berbeda. Tantrum jenis ini perlu dibahas terpisah karena penanganannya lebih spesifik. Menurut pernyataan Joshi & Towbin yang dipublikasikan dalam publikasi resmi American College of Neuropsychopharmacology berjudul Neuropsychopharmacology: The Fifth Generation of Progress, kemungkinan terjadinya gangguan psikotik pada anak dibawah usia remaja hanyalah 1 dari 100,000 kejadian.

Seperti yang sudah saya tekankan di awal artikel ini bahwa MENCEGAH jauh lebih penting dan lebih baik daripada menangani tantrum. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar agar anda tidak perlu berurusan dengan tantrum sepanjang karir parenting anda.

1. PAHAMI DUNIA ANAK (Rapport)

Orang tua seharusnya adalah orang yang paling tahu mengenai segala sesuatu mengenai anaknya, meliputi kebiasaan, jadwal, karakter, hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukainya. Anak yang merasa dipahami akan lebih terbuka untuk mendengarkan dan melakukan apa yang anda katakan. Memahami dunia anak sama artinya dengan membangun kepercayaan (trust) pada diri anak bahwa anda mengerti dia. Mari kita fahami dulu bahwa anak-anak mempunyai peta mental yang sederhana, respon yang dia berikan atas suatu keadaan adalah respon yang paling efektif menurut kondisi dan sumberdaya internal yang dimilikinya pada saat itu.

Contoh: Anak anda sedang asyik bermain mobil-mobilan. Jam menunjukkan pukul 5 petang dan tiba-tiba anda ingat bahwa anda belum memandikannya sedangkan sebentar lagi anda harus menyiapkan makan malam. Kemudian dengan serta merta anda menyuruhnya berhenti, “Sudah, mainnya, ayo mandi, sudah jam 5 nih, sebentar lagi mama harus menyiapkan makan untuk ayah.” Ketika reaksi spontan anak adalah menolak karena terganggu, anda menjadi marah dan suara anda meninggi atau ekspresi anda berubah. Anak kemudian takut atau tertekan. lalu  membanting mobil-mobilannya dan terjadilah adegan ngesot menangis di lantai. Lalu anda semakin marah dan menyebutnya tidak mengerti kerepotan anda. Sebetulnya ini siapa sedang tidak mengerti siapa?

Akan lain responnya jika skenarionya demikian. Ketika anda sadar sudah pukul 5, maka akan lebih baik jika anda datang dan bertanya, Wah adik sedang main mobil-mobilan ya sayang? Mama ikutan dong, ngeeeng ngeeeng…  ciiit… si Lamborghini ketemu dengan si VW, VW-nya minggir, lho kenapa? Oh… lambhorghini bau aceeem (sambil anda endus-endus mobilnya). Kira-kira kenapa ya sayang? Lamborghini belum mandi ma.. Hahahaha… pinter banget.. tebakannya betul, Lamborghini diajak mandi dulu yuk, pamit dulu sama VW, aku mandi dulu ya VW, ngga lama kok, cuma 10 menit, nanti kita lomba lagi ya, kalau udah wangi pasti kamu suka main sama aku. Ayo siapa lebih cepat masuk kamar mandi, lamborgini atau adik… ngeeeng…

Mungkin skenario dua perlu ekstra 5 menit untuk berkomunikasi, tetapi silahkan bandingkan dengan waktu tunggu selesai tantrum plus energi anda yang terkuras untuk mengatasi tantrum ditambah lagi mood anda yang menjadi buruk karena kesal. Pilih mana?

Prinsip rapport sederhana yang seringkali dilupakan adalah berbicara dengan mata sejajar dengan tinggi mata anak dengan posisi berlutut ketika berkomunikasi dengan anak, bukan menyuruh dengan sambil lalu atau berteriak dari dapur. Tunjukkan respect anda pada anak agar ia belajar menghargai orang lain.

Ajarkan anak meminta dengan cara yang baik SEBELUM tantrum terlanjur terjadi, berikan contoh cara yang “baik” menurut definisi anda, lakukan simulasi beberapa kali dan berikan pujian jika dia berhasil melakukannya. Mengajarkan anak meminta dengan cara yang anda sepakati ini sudah bisa diajarkan sejak anak mulai bisa berkomunikasi (+/ usia 1 tahun). Pada tahap awal tentu bukan berupa kalimat lengkap seperti, “Ayah, tolong ambilkan mainanku yang di atas meja itu ya”... :D, tapi bertahap dengan cara menunjuk, menyebut dengan istilah sederhana, hingga dengan kalimat sopan sesuai dengan tahap perkembangannya. Ini adalah strategi pencegahan terbaik pada kasus tantrum jenis ketiga yang disebutkan di atas.

2. FOKUS PADA TUJUAN

Hiduplah dengan perencanaan, setiap kegiatan harus mempunyai tujuan. Atur waktu sedemikian dan buatlah persiapan dengan tidak tergesa-gesa sehingga mood anda dan anak sama-sama dalam keadaan rileks. Sepakati do and don’t sebelum berangkat dan persiapkan kondisi mental anak jika harus bertemu dengan kondisi-kondisi yang mungkin tidak disukainya. Saya suka menggunakan istilah ini : Hiduplah dengan tuma’ninah, karena hidup itu sejatinya rangkaian ibadah demi ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun