Di sisi lain, sistem pendidikan yang belum baik juga telah menyumbang bagi rendahnya mutu pendidikan di provinsi ini.
Budaya pesta pora juga disinyalir sebagai salah satu penyumbang bagi masalah kemiskinan akut di tengah kehidupan masyarakat.
Seandainya budaya pesta pora ini bisa dihilangkan dan masyarakat lebih fokus pada pentingnya pendidikan maka perubahan menuju kesejahteraan itu pasti akan terwujud.
NTT adalah provinsi dengan segudang masalah yang harus diselesaikan. Pemimpin baru hasil Pilkada 2024 harus mampu menemukan formula baru untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
NTT telah memiliki 8 gubernur sejauh ini plus 1 penjabat yang sementara mengisi kekosongan yang ada hingga pilkada nanti. Tetapi masalah masih tetap sama, yaitu kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.
Gubernur definitif hasil pemilu 2024 akan berhadapan dengan masalah-masalah di atas.
Di pundak pemimpin baru tersebut diletakkan harapan seluruh warga provinsi ini untuk membawanya keluar dari problem-problem di atas.
Masalah kekeringan sebagian besar bisa diatasi dengan dibangunnya berbagai bendungan raksasa. Bendungan-bendungan raksasa yang sudah dibangun mulai dari Timor, Flores, Sumba, dan di pulau-pulau lainnya.
Selain itu pemimpin baru harus memainkan politik anggaran yang agak progresif agar bisa membawa NTT lebih maju. Apabila ada reformasi politik anggaran yang progresif, maka percepatan kesejahteraan di NTT bukanlah hal yang niscaya.
Ranking ketiga terbawah yang disematkan pada provinsi ini mengindikasikan bahwa provinsi ini sangat bermasalah dengan masalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang harus segera dibenahi. Pembenahan ini hanya mungkin bila pemimpin baru sungguh-sungguh berpihak kepada masyarakat.
Pemimpin baru bersama pemerintahannya harus fokus kepada masalah pendidikan, masalah kesehatan , dan masalah ekonomi.