Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Segudang Masalah Menanti Pemimpin Baru NTT

18 Mei 2024   20:03 Diperbarui: 20 Mei 2024   10:04 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masyarakat pesisir (ANTARA/Kristina Natalia)

Ada segudang masalah yang menanti pemimpin baru provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk itu pemimpin baru NTT harus memiliki kemampuan menyelesaikan berbagai persoalan menahun tersebut sehingga bisa mensejahterakan masyarakat NTT.

Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi ke 23 di Indonesia dari total 38 Provinsi. Provinsi ini resmi terbentuk pada 20 Desember 1958 lewat UU Nomor 64 Tahun 1958.

NTT sendiri sebelum menjadi provinsi sendiri bergabung ke dalam provinsi Sunda Kecil yang terdiri dari Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ada kurang lebih 1.192 pulau di provinsi ini. Dari jumlah itu 432 pulau sudah memiliki nama dan sisanya hingga saat ini belum bernama. Lebih dari pada itu, hanya 42 pulau yang berpenghuni.

Ada 5 pulau besar berpenghuni yaitu Timor, Flores, Sumba, Alor, dan Lembata. Sedangkan 37 pulau lainnya adalah pulau-pulau sedang dan kecil yang juga berpenghuni.

Saat ini provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu destinasi wisata nasional dan internasional dengan kekayaan alam yang menjadi tujuannya.

Meski sangat kaya dan indah, tetapi provinsi ini termasuk provinsi miskin di Indonesia dengan berbagai macam problemnya.

NTT merupakan provinsi ketiga termiskin di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022.

Menurut para ahli, salah satu penyebab kemiskinan adalah faktor alam. Diketahui bahwa NTT memiliki curah hujan yang sangat rendah yang membuat tanah kering dan tandus.

Sementara kebanyakan masyarakatnya masih mengandalkan bertani sebagai mata pencaharian pokoknya. Karen itu tidak heran bila lahan pertanian masih berperan penting bagi masyarakat NTT.

Tetapi dengan curah hujan yang sangat rendah membuat petani di NTT kesulitan untuk bertahan hidup.

Selain itu provinsi ini seharusnya ditetapkan sebagai provinsi kepulauan tetapi pada kenyataannya tidak.

Padahal dengan jumlah pulau hingga ribuan, provinsi NTT sudah pantas diubah nomenklaturnya menjadi provinsi kepulauan. Inilah impian masyarakat di provinsi ini sebab dengan demikian anggaran APBN untuk NTT juga akan bertambah. Hal ini akan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya.

Peta Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kompas.com
Peta Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kompas.com

Wilayah yang paling luas dari NTT adalah lautnya. Tetapi sayang itu tidak diperhitungkan dalam alokasi anggaran dari pemerintah pusat.

Meski sebagian besar wilayah NTT adalah laut tetapi potensi kelautan yang besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Lebih tepatnya, banyak warga pesisir di provinsi ini masih memunggungi laut.

Laut tidak dipandang sebagai wilayah yang kaya dan berpotensi memberikan kehidupan yang lebih layak bagi mereka. Tetapi laut lebih dilihat sebagai tempat sakral yang tidak boleh dieksplorasi.

Alhasil, orang dari luar lah yang datang dan mengambil sumber daya alam yang disediakan laut untuk orang NTT. Misalnya orang buton. Sementara pemiliknya sendiri yaitu orang NTT menjadi penonton yang pasif.

Rupanya harus ada perubahan mindset yang masif agar orang NTT bisa memandang laut sebagai sahabat yang bisa memberi kesejahteraan bagi mereka. 

Sandaran kepada dunia pertanian dengan musim kering yang berkepanjangan telah menyebabkan masalah kemiskinan.

Masalah kemiskinan menjadi masalah fundamental yang telah menimbulkan masalah-masalah ikutannya yang lain seperti masalah kesehatan, stunting, dan gizi buruk. 

Di sisi lain, sistem pendidikan yang belum baik juga telah menyumbang bagi rendahnya mutu pendidikan di provinsi ini.

Budaya pesta pora juga disinyalir sebagai salah satu penyumbang bagi masalah kemiskinan akut di tengah kehidupan masyarakat.

Seandainya budaya pesta pora ini bisa dihilangkan dan masyarakat lebih fokus pada pentingnya pendidikan maka perubahan menuju kesejahteraan itu pasti akan terwujud.

NTT adalah provinsi dengan segudang masalah yang harus diselesaikan. Pemimpin baru hasil Pilkada 2024 harus mampu menemukan formula baru untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

NTT telah memiliki 8 gubernur sejauh ini plus 1 penjabat yang sementara mengisi kekosongan yang ada hingga pilkada nanti. Tetapi masalah masih tetap sama, yaitu kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.

Gubernur definitif hasil pemilu 2024 akan berhadapan dengan masalah-masalah di atas.

Di pundak pemimpin baru tersebut diletakkan harapan seluruh warga provinsi ini untuk membawanya keluar dari problem-problem di atas.

Masalah kekeringan sebagian besar bisa diatasi dengan dibangunnya berbagai bendungan raksasa. Bendungan-bendungan raksasa yang sudah dibangun mulai dari Timor, Flores, Sumba, dan di pulau-pulau lainnya.

Selain itu pemimpin baru harus memainkan politik anggaran yang agak progresif agar bisa membawa NTT lebih maju. Apabila ada reformasi politik anggaran yang progresif, maka percepatan kesejahteraan di NTT bukanlah hal yang niscaya.

Ranking ketiga terbawah yang disematkan pada provinsi ini mengindikasikan bahwa provinsi ini sangat bermasalah dengan masalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang harus segera dibenahi. Pembenahan ini hanya mungkin bila pemimpin baru sungguh-sungguh berpihak kepada masyarakat.

Pemimpin baru bersama pemerintahannya harus fokus kepada masalah pendidikan, masalah kesehatan , dan masalah ekonomi.

Sebagai masyarakat NTT yang sangat merindukan perubahan, sebaiknya kita menjadikan Pilkada untuk memilih pemimpin yang bisa mengangkat wajah NTT di pentas nasional.

Pemimpin baru hendaknya mengetahui dengan sungguh-sungguh berbagai permasalahan provinsi ini sehingga arah pemerintahannya menjadi terarah dan berpihak kepada kesejahteraan masyarakat.

Salam perubahan untuk NTT yang lebih sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun