Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Biang Kerok Mudahnya Kita Terjebak Penipuan Digital

29 Juli 2023   14:47 Diperbarui: 30 Juli 2023   10:02 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penipuan online (Dok.Shutterstock via Kompas.com)

Hampir setiap orang tidak pernah luput dari penipuan. Penipuan itu setua usia manusia. Model-model penipuan pun selalu berevolusi seturut perkembangan zaman.

Demikian juga di tengah perkembangan dunia digital yang tidak terbendung ini, model penipuan pun turut berevolusi.

Sejak kemunculan alat telekomunikasi mulai dari telepon rumah, warteg, hingga kemunculan telepon genggam, penipuan memakai kedok alat komunikasi selalu menyapa warga masyarakat dengan penyesuaian yang juga selalu mutakhir.

Satu kisah saya ketika masih memiliki handphone yang hanya bisa dipakai untuk telepon dan mengirim SMS (Short Message Service), ada satu kejadian yang saya alami.

Waktu itu handphone masih jadul banget, ketika tiba-tiba ada SMS masuk bahwa nomor Anda telah mendapat hadiah undian berupa mobil. SMS itu juga langsung menyertakan link yang bisa dibuka untuk memverifikasi kebenaran informasi ini.

Sialnya, tanpa pertimbangan dan analisis yang matang saya tergoda untuk membuka link itu. Setelah itu saya mulai diarahkan untuk melangkah lebih jauh dengan petunjuk-petunjuk online yang terdapat di dalam link tersebut.

Selanjutnya saya diminta untuk menghubungi nomor yang tertera di situ. Mulailah ada komunikasi dan berlanjut dengan permintaan untuk menyetor sejumlah uang yang akan dipakai untuk menyewa jasa pengiriman mobil hasil hadiah.

Untung saja waktu itu sudah pinjam ke mana-mana tetapi jumlah uang yang diminta tidak dapat saya peroleh. Andai saja waktu itu saya mendapat pinjaman, pasti saya sudah terjebak oleh tipu daya si penipu.

Ilustrasi penipuan digital. Liputan6.com
Ilustrasi penipuan digital. Liputan6.com

Pengalaman ini dialami juga oleh beberapa tetangga dan kenalan. Bahkan dari antara mereka ada yang tidak seberuntung diriku. Mereka berhasil mengirim uang permintaan yang bunyinya bisa mencapai beberapa jutaan.

Tak terhitung juga orang- orang yang termakan tipu daya yang disebarkan lewat media-media online.

Ada yang berupa penipuan pulsa, ada juga penipuan dengan modus kecelakaan anak atau orang-orang dekat kita.

Itu adalah penipuan-penipuan jadul.

Tetapi seiring perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih, model penipuan juga semakin canggih.

Rupanya para penipu ini dalam takaran-takaran tertentu adalah psikolog-psikolog andal yang tahu tentang kejiwaan orang-orang yang menjadi sasaran empuk.

Mereka tahu bahwa dari ratusan juta penduduk yang ada pasti saja ada yang termakan bujuk rayu yang disebarkan.

Kemampuan literasi digital yang kurang mumpuni plus rendahnya tingkat literasi baca tulis dan berhitung masyarakat kita, lebih memudahkan para penipu online ini menggunakan jurus-jurusnya.

Kita memang sedang mengalami satu lompatan yang luar biasa dalam kemajuan jaman yang tidak terbendung.

Mengapa demikian? Karena di saat kita masih bergulat dengan kemampuan literasi baca tulis dan berhitung, kita sudah disodorkan satu tugas lagi yang masih perlu diperdalam yaitu pemahaman kita tentang literasi digital.

Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat kita harus melompati beberapa anak tangga yang memaksa kita untuk melek literasi digital.

Di sinilah persoalannya karena pemahaman kita tentang digitalisasi saat ini tidak didukung oleh satu dasar yang kuat.

Spam dan hoax yang ada di dunia digital dengan mudahnya merengsek masuk dalam setiap ranah kehidupan kita. Dan sayangnya, kita juga belum memiliki filtrasi yang benar-benar mantap untuk menangkal semua itu.

Kita mudah tertipu dan terperdaya oleh berbagai noise yang ada di dunia digital.

Justru penipuan-penipuan yang disebarkan lewat dunia digital sebenarnya menyasar kita semua yang belum melek literasi digital.

Kita juga tidak harus memomisikan diri sebagai manusia preliterer yang menyandarkan fokus kita pada slogan "viralisasi". Semuanya dibolehkan dan diizinkan sejauh itu viral.

Akhirnya hal itu menyebabkan kita mudah ditipu, kita mudah kehilangan empati dan simpati kepada sesama.

Bayangkan saja, bagaimana ketika menghadapi tetangga kita yang sedang mengalami musibah bukannya kita tergerak untuk memberi pertolongan tapi lebih memilih untuk mengambil video dan mem-viral-kan.

Keterkejutan dan kegagapan kita terhadap teknologi digital ditangkap dengan sempurna oleh para penipu online.

Hal ini diperparah oleh lemahnya keamanan cyber kita. Karena itu kita gampang kehilangan privatisasi karena mudahnya data-data pribadi yang menjadi privasi sesesorang dibobol oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu mereka menggunakannya untuk melancarkan penipuan-penipuan.

Apabila dahulu penipuan-penipuan bisa terjadi door to door, saat ini penipuan-penipuan tersebut semakin canggih dalam dunia digital.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Nadia Fairuza mengatakan bahwa penggunaan internet yang sangat tinggi di dalam masyarakat Indonesia tidak diimbangi oleh kemampuan literasi digital yang bagus.

Mengapa masyarakat kita dikatakan masih kurang mampu dalam literasi karena survei tiga tahunan dari Programme for International Students Assessment (PISA) selalu menempatkan Indonesia di peringkat paling bawah dunia.

Meski demikian kita dihadapkan pada satu kemajuan yang tidak bisa terelakkan. Kemampuan literasi baca tulis dan berhitung perlu ditingkatkan dan sambil juga memperdalam literasi digital kita agar kita tidak mudah terperangkap dalam dunia hoax dan dunia tipu-tipu.

Ternyata, lemahnya literasi digital merupakan biang kerok yang menyebabkan kita menjadi sasaran empuk para penipu online.

Mari sama-sama melek literasi digital agar tidak terperangkap dalam penipuan-penipuan online yang cenderung menawarkan segala sesuatu yang bersifat instan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun