Menjadi perantau merupakan kebanggaan tersendiri karena berani meninggalkan zona nyaman di daerah sendiri. Merantau atau bermigrasi dapat pula menjadi solusi untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.Â
Sayangnya, tidak semua orang melakukan persiapan saat akan merantau.
Ketrampilan atau life skill memang sangat diperlukan agar kita tidak mati di tanah rantauan. Tetapi life skill saja tidak cukup.Â
Hal-hal atau kiat-kiat berikut harus menjadi perhatian agar kita bisa menjadi perantau atau pendatang yang sukses.
Pertama, sebagai pendatang atau perantau, fokus kita ada pada kebutuhan hidup bukan gaya hidup.
Apabila fokus pada gaya hidup, berapa pun penghasilan kita tidak akan bisa mencukupi. Jika demikian, jangan bermimpi untuk menabung sebab setiap bulan akan selalu ada defesit.
Kisah sukses saudara-saudara perantau adalah bagaimana mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Fokus mereka adalah kebutuhan hidup. Asal kebutuhan dasar atau primer sudah terpenuhi maka itu sudah cukup. Sisa penghasilan yang lebih dialihkan untuk tabungan, bukan untuk gaya hidup.
Tidak heran bila usaha mereka semakin maju sebab uang yang dieroleh dari usaha mereka tidak dihamburkan-hamburkan untuk hal-hal yang tidak perlu.
Penduduk asli, usahanya kecil tetapi uang hasil usaha tidak digunakan untuk hal-hal produktif melainkan untuk hal-hal konsumtif beruppa urusan-urusan keluarga dan adat.
Budaya hedon yang diwariskan turun-temurun tidak dikritisi melainkan semakin dipelihara subur.
Kedua, jangan banyak mengeluh. Usaha apa pun selalu ada konsekuensi positif maupun negatif. Semangat pantang menyerah dari para pendatang dan dorongan untuk berhasil membuat mereka setalah gagal selalu bangkit kembali untuk menjadi lebih kuat dan maju.
Keluhan akan menjadi penghambat. Itulah mengapa orang bijak mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman kejatuhan atau kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kegagalan itu merupakan pelajaran  yang bisa diambil untuk menjadikan hidup lebih kuat dan unggul. Dengan mengurangi keluhan kita lebih fokus memikirkan langkah-langkah untuk bertahan dalam perantauan.
Ketiga, time is money. Ya, waktu adalah uang. Barangkali jarak yang begitu jauh dari tempat asal dan dorongan untuk berhasil seharusnya menjadi pelecut semangat bagi kita untuk selalu menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana.