Karena itu di antara orang-orang Malaka dikenal slogan sirih pinang adalah alat pemersatu.
Sejak zaman dahulu kegiatan "makan sirih" menjadi kekhasan ibu-ibu dan bapak-bapak di Malaka (Harus diakui bahwa hampir semua masyarakat NTT mengenal tradisi mengunyah sirih dan pinang bersama kapur. Campuran ketiganya akan menghasilkan warna merah yang khas).Â
Daun sirih dikunyah bersama pinang dan kapur. Kegiatan mengunyah sirih ini bisa dilakukan di waktu luang dan juga terutama dalam acara-acara adat. Sirih memainkan peran yang sangat vital bagi masyarakat adat di daerah kabupaten Malaka.
Selain itu, sirih bersama buah pinang dan kapur menjadi penanda silaturahmi antar sesama warga.
Sirih dan pinang adalah tanda penerimaan dan pengikat tali persaudaraan. Â Lewat suguhan sirih dan pinang bisa diukur keramahan dan sopan satun sebuah keluarga kepada tamu.Â
Dalam hal ini, sirih pinang menjadi sapaan selamat datang bagi sesama atau tamu.Â
Setiap orang yang bertamu ke rumah selalu disuguhkan sirih sebagai tanda bahwa kita menerima tamu tersebut di rumah kita. Sirih pinang menjadi semacam makanan pembuka, sebelum disuguhkan teh atau kopi dan kue atau makanan ringan lainya.
Hampir setiap daerah di kabupaten Malaka membudidayakan tanaman sirih.
Tanaman sirih hijau sangat mudah tumbu di daerah dengan ketinggian 300 mpdl. Meski bisa tumbuh secara liar di hutan, tapi bisa juga dibudidayakan di rumah.
Untuk keperluan budidaya, cukip diambil bagian ujung atau sulur sekitar 40-50 cm. Agar dapat tumbuh dengan baik, sirih memerlukan sandaran berupa batang pohon. Batang gamal dan kelor bisa menjadi sandaran untuk tanaman sirih. Di Malaka, kebanyakan perkebunan sirih hijau menggunakan batang pohon reo.