piala dunia, Brasil adalah satu-satunya tim favorit saya. Entahlah, suatu saat Indonesia masuk piala dunia.
Sejak menontonSaya terlanjur suka jogo bonito-nya tim Samba. Sepak bola Brasil sangat menghipnotis dan menghibur.Â
Saya mengenal sepak bola Brasil di eranya Romario dan Bebeto, cs di tahun 1994. Kala itu piala dunia dihelat di negeri paman Sam. Tim Samba keluar sebagai juara untuk keempat kalinya setelah mengalahkan Italia lewat adu pinalti.
Dan sejak itu cinta saya akan Brasil tidak pernah luntur lagi hingga saat ini. Mau menang atau kalah, Brasil tetaplah tim favorit.
Saya selalu mencari pertandingan-pertandingan yang tidak pernah saya tonton sebelum di youtube. Brasil tidak pernah kekurangan pemain bintangnya. Setiap generasi selalu saja melahirkan bintang-bintang baru.
Sebut saja bintang-bintang besar seperti Pele, Jairzinho, Romario, Bebeto, dan Ronaldo selalu menyuguhkan tarian yang menarik bersama si kulit bundar di lapangan hijau.Â
Meski banyak aksi mereka hanya saya lihat lewat video-video lawas di youtube, tapi itu sangat menghibur.
Ada juga saat dimana sebagai penggemar kadang saya merasa kecewa ketika tim kesayangan mengalami kekalahan. Tapi kekecewaan itu tidak sampai membuat saya berpaling. Mungkin dalam kisah cinta para remaja, ini yang dinamakan cinta mati.
Sebentar lagi piala dunia akan mulai. Detak jarum jam terasa cepat menuju ke 20 November 2022, ketika peluit pertama piala dunia 2022 ditiup. Tinggal menghitung hari. Dan untungnya, perhelatan piala dunia kali ini tempatnya adalah Qatar, Asia.
Saya teringat akan piala dunia tahun 2002. Saat itu piala dunia dihelat di Asia. Korea Selatan dan Jepang adalah dua negara yang menyelenggarakan even terbesar sejagat itu. Dan pada akhirnya yang keluar jadi juara dunia adalah Brasil.
Kala itu Ronaldo, Rivaldo, Roberto Carlos menjadi punggawa Brasil saat itu. Pemain-pemain muda berbakat seperti Ronaldinho, Kleberson, dan Kaka pun dibawa Scolari, sang pelatih tim Samba. Brasil menjadi kampiun setelah mengalahkan Jerman di final dengan skor 2-0.
Perjalanan Brasil menuju piala dunia 2002 saat itu memang penuh tantangan. Â Brasil menuju ke Korea selatan dan Jepang dengan dihantui kegagalan tragis di final piala dunia 1998. Â
Selain itu mereka juga mencatatkan hasil buruk di piala Konfederasi 2001 dengan hanya finish sebagai juara empat.
Mereka datang ke putaran final dengan status kurang diunggulkan. Namun Brasil langsung menggebrak di babak penyisihan dan langsung membubuhkan tiga kemenangan beruntun.
Di final yang dilangsungkan di kota Yokohama, Jepang, Brasil menunjukkan kelasnya sebagai raja sepak bola dunia. Â Sebuah laga final impian karena mempertemukan dua tim tersukses di piala dunia, yaitu Btasil dan Jerman.Â
Jerman sedikit diuntungkan karena memiliki kiper terbaik dunia saat itu, Oliver Kahn.
Tetapi di lapangan hijau cerita sukses lebih memihak kepada Brasil. Pertandingan berlangsung ketat. Babak pertama tidak ada gol yang tercipta. Skor kaca mata untuk kedua tim.
Memasuki babak kedua Rivaldo dan Ronaldo menunjukkan kelas mereka sebagai pemain-pemain terbaik dunia saat itu. Tendangan jarak jauh Rivaldo di menit 67 berhasil dibendung sempurna oleh Kahn. Tapi bola muntar tersebut kembali jatuh tepat di kaki Ronaldo dan dikonfersikan menjadi gol.Â
Pada menit ke 79, lagi-lagi Ronaldo mencetak gol kedua untuk Brasil setelah menerima umpan matang dari Rivaldo.
Sampai akhir pertandingan, keunggulan 2-0 atas Jerman tetap dipertahankan Brasil. Kesuksesan Brasil menjuarai Piala Dunia untuk kelima kali merupakan kemenangan sepak bola indah.
Namun sejak itu tim Samba selalu selalu kandas diperempat final atau di semi final. Tahun 2006 langkah Brasil dihentikan tim Ayam Jago, Prancis 1-0 di perempat final. Saat itu Italia keluar sebagai juara setelah mengalahkan Prancis lewat adu pinalti.
Pada tahun 2010, langkah Brasil dihentikan oleh Belanda di perempat final dengan skor 2-1. Sedangkan di piala dunia 2014, langkah Brasil harus kandas di tangan tim Panser Jerman dengan skor yang cukup fantastis yaitu 7-1. Kala itu tim Samba sangat difavoritkan karena ia menjadi tuan rumah. Ternyata menjadi tuan rumah tidak dapat menolongnya menjadi juara dunia untuk keenam kalinya.
Pada 2018, tuan rumah piala dunia bergeser kembali ke benua Eropa, yaitu Rusia. Lagi-lagi langkah Brasil harus terhenti diperempat final oleh ketangguhan tim Belgia dengan skor 2-1.
Bagaimana dengan Qatar?Â
Banyak orang mengatakan bahwa perhelatan piala dunia di Asia merupakan tuah bagi Brasil. Tahun 2002 ketika piala dunia digelar di Korea Selatan dan Jepang, Brasil berhasil merengkuh trofi ke limanya.Â
Semoga tuah yang sama tetap bekerja sehingga bisa melihat Brasil kembali mengangkat trofi piala dunia untuk keenam kali.
Skuat Brasil di piala dunia 2022 jelas banyak diisi dengan pemain-pemain muda berbakat. Pemain-pemain seperti Richarlison, Rondrygo, dan Vinicius Jr adalah tumpuan tim Samba saat ini.Â
Kombinasi pemain-pemain muda dengan pemain-pemain senior sarat pengalaman seperti Neymar, Thiago Silva dan Dani Alves membawa suatu pembeda di tim Samba 2022.Â
Tite, sang pelatih sendiri mengaku pusing memilih pemain yang akan dibawanya ke Qatar.
Stok pemain bintang di setiap sektor membuat Tite kesulitan menyeleksi pemain. Namun keputusan harus diambil dan yang paling diutamakan bukan saja kualitas individu semata, melainkan pemain yang bisa memadukan antara skill individu dan kekompakan tim.
Sekali lagi semoga Asia mampu menjadi tuah bagi tim Samba untuk merengkuh trofi piala dunia untuk yang keenam kalinya. Bravo Tim Samba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H