Saat itu bersama kakek dan nenek, saya ke kebun. Saya liburan sekolah waktu itu dan memilih untuk berlibur ke kampung.
Waku pergi di pagi hari tidak ada masalah. Semua berjalan normal.
Masalah mulai terjadi saat pulang di sore hari. Karena orang yang akan naik sampan lebih dari 5, maka dibuatlah prioritas.
Saya dimuat di sampan bersama nenek, buyut laki dan perempuan dan Om (adik laki-laki dari ibu) yang bertugas mengayuh sampan.
Sampan akan diturunkan sedikit di hulu sungai dan akan didayung dengan mengikuti arus sungai sampai menyeberang ke tepi sungai sebelahnya.
Semuanya berjalan normal. Sampan diturunkan dan om mengayuhnya secara perlahan mengikuti arus sungai.
Naasnya hari itu, sampan yang membawa kami tidak menepi dengan benar di turunan tebing yang biasa kami gunakan untuk naik ke sampan melainkan menabrak tebing terjal di sampingnya.
Sampan kecil itu kehilangan keseimbangan dan terbalik. Om dengan sigap menangkap lengan saya. Nenek yang tercebur di dalam air pun langsung berenang ke tepian pinggir sungai dan merangkak naik ke tebing. Kedalam air di pinggir sungai hanya sebatas pinggang orang dewasa.
Buyut saya yang laki pun demikian, setelah sampan terbalik langsung berenang dengan susah payah ke pinggir dekat tebing sungai.
Sialnya adalah buyut  perempuan. Ia tidak sempat keluar dari sampan saat terbalik. Akhirnya, ia ditutup oleh sampan yang terbalik.
Setelah Om mendudukan saya di pinggir tebing, secepat kilat ia menyelam untuk menyelamatkan buyut perempuan yang sedang tertutup perahu.
Akhirnya ia ditarik keluar dari dalam air dengan napas yang tersengal dan mata yang merah. Untungnya ia diselamatkan.