Pas juga sebab saya sudah memiliki akun Kompasiana yang mati suri beberapa tahun sejak bergabung ke Kompasiana 2015 silam.
Dari pertama bergabung sampai akhir 2021 hanya 3 atau 4 tulisan yang berhasil saya tulis.
Dengan niat untuk kembali aktif menulis, saya mulai memperbaiki akun lama saya dengan melengkapi data diri yang masih kurang. Tak lama berselang, saya mendapat verifikasi hijau.
Ternyata Kompasiana telah mengalami banyak perubahan. Ini menarik dan memacu kembali minat saya untuk menulis.
Lalu mulailah saya menulis reportase tentang Natal. Sebuah tulisan yang saya buat ketika menunggu istri sedang berbelanja keperluan Natal.
Kalimat demi kalimat mengalir tanpa henti. Bayangkan, hanya dengan handphone, jadilah tulisan itu.
Setelah itu lahir tulisan kedua dan seterusnya. Niat dan motivasi itu semakin kuat seiring dengan beberapa artikel saya dipilih admin menjadi artikel pilihan.
Setelah momen tahun baru, saya membuka akun Kompasiana dan melihat sebuah topik pilihan yang mengangkat tema tentang Polemik nama calon Ibu Kota Negara.
Saya mencoba menuangkan pendapat dan ide saya berhubungan dengan tema tersebut.
Dalam tulisan itu saya coba berargumen bahwa nama IKN baru biarlah tetap menggunakan nama yang sesuai dengan nama sebenarnya dan jangan menggantinya dengan Nusantara.
Nomen est Omen. Nama adalah tanda. Argumen saya, nama Nusantara biarlah tetap menjadi nama lain dari Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau-pulau.