Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Permainan Anak-Anak Tempo Dulu yang Mulai Dilupakan dan Mainan yang Berbahaya untuk Anak

9 Mei 2022   21:24 Diperbarui: 9 Mei 2022   21:35 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia anak adalah dunia bermain. Justru ada anomali bila anak-anak tidak suka bermain.Bermain sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan awal pada anak usia dini.

Bermain itu menyenangkan. Karena itu di Paud atau Taman Kanak-Kanak (TK) selalu ditekankan agar anak-anak lebih banyak bermain.

Meski demikian, sebagai orang tua kita harus mengarahkan anak-anak sehingga mereka mampu membedakan mana permainan yang boleh dan mana yang tidak boleh.

Banyak bentuk permainan yang menjadi kegemaran anak-anak. Tapi bentuk permainannya tentu beda-beda tergantung lingkungan dan daerah.

Anak-anak yang ada di kota tentu memiliki permainan yang berbeda dengan mereka yang ada di kampung.  

Nah perbedaan itulah yang menyebabkan beberapa jenis permainan yang bisa melatih anak untuk kreatif dan bertanggung jawab kini mulai hilang.

Misalnya dahulu, waktu kembali dari sekolah saya bersama teman-teman biasanya singgah sejenak di sebuah bengkel kayu hanya untuk mengumpulkam tripleks-tripleks sisa dan kayu-kayu kecil untuk merakit sebuah mobil mainan.

Selain itu banyak permainan yang bisa mengajarkan kami untuk membuat perhitungan yang matang dan membutuhkan fokus dan konsentrasi yang tinggi.

Dari Kompas.com, saya coba mengumpulkan beberapa nama jenis permainan tradisional yang mempunyai nama setelah cek ternyata sama seperti yang kami mainkan waktu kecil dulu tapi dengan nama yang berbeda.

Permainan-permainan tradisional itu mulai dilupakan dan hampir sudah tidak dikenal oleh genarasi gedged saat ini.

Permainan-permainan itu antara lain congklak yang dimainkan oleh dua orang dengan cara memindah batu atau biji-bijian dari satu lubang ke lubang. Jumlah biji 98. Sementara lubang-lubang yang dibuat berjumlah 16 yang terdiri dari 14 lubang kecil dan 2 lubang besar yang ada di kedua ujung. Lubang-lubang itu bisa dibuat di sebuah papan kayu atau juga di tanah. Tetapi agar bertahan lama sebaiknya dibuat dengan menggunakan sebuah papan kayu.

Ada juga permainan tali karet atau lompat tali. Dalam bahasa anak-anak kami disebut tali merdeka.

Dinamakan demikian sebab setiap kali menyelesaikan satu ragam lompatan tali, anak-anak mengucapkan kata "merdeka" sebagai tanda ragam itu telah diselesaikan.

Ada permainan bola bekel. Di tempat kami, anak-anak menamakannya berbeda sesuai dengan bahan-bahan yang digunakan. Untuk bolanya bisa menggunakan bola kasti, atau bola bekas deodorant, dan bisa juga memakai biji kelereng.

Bahan lain sebagai pelengkapnya bisa kulit kerang atau juga pecahan-pecahan keramik yang dibentuk dan dirapikan agar memiliki bentuk yang sama.

Ada permainan kelereng. Sebuah permainan yang umum. Dimainkan dengan cara dikutik menggunakan tangan. Banyak cara memainkan kelereng. Permainan ini menarik sebab melatih anak untuk berkonsentrasi, fokus pada sasaran tembakan.

Ada permainan petak umpet. Di daerah kami, anak-anak biasa menyebutnya dengan "main sembunyi". Permainan ini sangat umum dan dikenal di seluruh dunia.

Permainan Engklek. Dalam bahasa anak-anak di daerah kami disebut "siki doka"

Ada permainan layangan atau biasa di tempat kami disebut layang-layang. Biasanya dimainkan saat ada cuaca berangin dan cerah.

Permainan Gobak sodor atau di dalam bahasa anak-anak kami disebut asing. Ada asing kotak dan asing bulat.

Ada pula permainan bentengan. Permainan ini lebih terinspirasi kisah raja-raja atau perang-perang besar. Di mana ada benteng-benteng yang dibuat untuk saling berperang.

Itulah beberapa permainan anak-anak tempo dulu yang barangkali sudah tidak dikenal anak-anak dari generasi Z ini.

Akan tetapi menariknya bahwa esensi dari bermain itu sendiri sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak dari berbagai segi.

Dari bermain, orang tua bisa melihat sejauh mana kreativitas anak-anak dalam hal meniru dan mengembangkan bakatnya serta kemampuannya.

Anak-anak yang hobinya membuat atau merancang sesuatu, bakatnya tidak akan jauh-jauh dari itu.

Ada anak yang dalam bermain bersama teman-teman lebih suka masak-memasak, bakatnya juga tidak akan jauh dari dunia kuliner.

Anak yang hobinya nyayi, bakatnya tidak akan jauh-jauh dari dunia tarik suara.

Demikian juga anak yang hobinya membuat cerita atau bermain peran, dia mempunyai bakat menjadi pemain teater atau film.

Namun seringkali, bakat anak-anak tersebut hilang dari mereka karena keterbatasan akses dan juga peluang.

Kita memang tidak bisa menyangkal peran besar dari bermain bagi anak-anak. India Times sebagaimana dikutip oleh Tempo.co menulis juga tentang beberapa aspek penting dari permainan yang berkonrtribusi bagi pembelajaran seumur hidup anak.

Dalam media itu dikatakan bahwa dengan bermain kemampuan otak anak dapat terasa. Sebab di sana ada berbagai kegiatan ekperimental untuk anak.

Daya yang mampu dieksplorasi anak lewat bermain antara lain, daya imajinasi dan daya eksplorasi lewat kegiatan mengalami, menciptakan, dan tak lupa ada pelajaran yang didapat lewat membuat kesalahan.

Selain itu diungkapkan pula bahwa lewat bermain seluruh panca indera dari anak akan aktif. Dengan bermain, ketrampilan linguistik, kognitif, ketrampilan sosial, dan juga ketrampilan emosionalnya akan ikut berkembang. Rasa tanggung jawab anak akan tumbuh secara perlahan-lahan lewat bermain.

Ulasan media itu juga menyebutkan bahwa bermain mampu meningkatkan hormon kebahagiaan anak.

Akan tetapi di samping permainan-permainan yang mampu membangkitkan rasa bahagia, ada pula permainan yang menggunakan mainan yang berbahaya. Permainan semacam itu perlu ada pengawasan dari orang dewasa atau orang tua.

Dikutip dari the Asianparent, berikut tujuh mainan yang sebaiknya mendapat pengawasan dari orang tua atau bila perlu dihindari oleh anak-anak.

Mainan-mainan itu antara lain,  mainan dengan pita atau tali, mainan dengan bagian-bagian kecil, mainan dengan bunyian yang keras, mainan yang bisa dinaiki, mainan dengan proyektil, mainan yang bermagnet dan mainan dengan baterai kecil.

Mainan-mainan tersebut berbahaya karena bisa menyebabkan anak tercekik (pita atau tali) dan tersedak (mainan dengan bagian-bagian yang kecil). Sementara itu bunyi-bunyian yang keras bisa merusak gendang telinga anak.

Jadi biarkan anak-anak bermain sepuasnya tapi perlu juga diawasi agar bisa menghindari bahaya-bahaya yang bisa saja terjadi saat anak bermain.

Salam sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun