Namun, angka tersebut masih di atas batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen.
Meski demikian, persentase stunting Indonesia masih jauh lebih tinggi dibanding sejumlah negara Asia Tenggara seperti Vietnam (23), Filipina (20), Malaysia (17), dan Thailand (16).
Persentasi stunting Indonesia yang masih tinggi ini, sumbangan terbesarnya adalah NTT.
Selain kemiskinan, tingkat pendidikan juga berkaitan dengan permasalahan gizi. Â Minimnya pengetahuan membuat pemberian asupan gizi tidak sesuai kebutuhan. Contohnya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD). Padahal IMD menjadi langkah penting dalam memberikan gizi terbaik.
Pemerintah harus benar-benar mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan problem yang berhubungan dengan stunting ini. Persoalannya, masalah yang ada sangat runyam dan saling bertalian erat.
Masalah stunting tidak berdiri sendiri. Banyak hal yang harus dibereskan lebih dahulu sebelum menyelesaikan masalah stunting itu sendiri.
Presiden membawa pesan moralnya bahwa untuk menuntaskan masalah stunting di NTT, rumah-rumah tidak layak huni harus dibuat jadi layak. Setelah rumah-rumah layak barulah digenjot makanan gizi untuk anak.
Penanganan stunting di provinsi ini harus dilakukan secara terintegrasi dan perlu ada sinergitas antara pemerintah daerah dan pusat. Jika tidak demikian, maka stunting tetap akan menjadi masalah.Â
Salam Sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H